Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SUTAN Sjahrir sudah kuyu. Ia berjalan dengan kaki terseret. Tangan kanannya lumpuh. Bibirnya mencong saat berbicara. Ia berupaya keras menulis di atas selembar kertas, hendak menuliskan namanya sendiri. Hanya coretan tak jelas yang bisa ia buat. "Kata dokter, tekanan darahku yang menyebabkan aku begini," ujar Sjahrir pelan, sedih.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo