Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Film

Sutradara Hollywood Asal Indonesia Ini Pulang ke Jakarta  

Livi Zheng, sutradara film Hollywood yang baru saja menyutradarai dua film layar lebar di Los Angeles, hadir dalam pertemuan para anggota PARFI.

2 Oktober 2015 | 19.05 WIB

Livi Zheng (kiri), Sutradara asal Indonesia yang membuat film Hollywood, Brush with Danger. (musicshow.info)
material-symbols:fullscreenPerbesar
Livi Zheng (kiri), Sutradara asal Indonesia yang membuat film Hollywood, Brush with Danger. (musicshow.info)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Livi Zheng, sutradara film Hollywood yang baru saja menyutradarai dua film layar lebar di Los Angeles, akhirnya pulang ke Tanah Air. Dia pada Rabu hadir dalam pertemuan para anggota PARFI yang berlangsung di Gedung Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail Lt. 4 Jl. H.R. Rasuna Said Kuningan Jakarta Pusat.

Pernyataan tertulis Livi menyebutkan Roy Marten mengajak Livi ke acara pertemuan PARFI (Persatuan Artis Film Indonesia) itu dan acara tersebut juga dihadiri ketua umumnya, Gatot Brajamusti.

Livi dapat berbicara dengan bahasa Indonesia yang lancar dengan logat Jawa Timur padahal dia sudah 11 tahun bermukim di luar negeri dengan 3 tahun di Beijing dan 8 tahun di Amerika.

Livi tak menunjukkan sedikitpun kesulitan berbincang dengan para anggota dewan yang hadir pada sore hari kemarin.  Dia Livi mengaku penting untuk selalu berkomunikasi dalam bahasa Inggris selama di Amerika Serikat karena  menyutradarai dalam bahasa Inggris.

Ia juga merasa wajib dapat berbahasa Indonesia dengan fasih karena bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu bagi Livi yang juga pandai berbahasa mandarin.

Livi dan para anggota PARFI bertukar pikiran mengenai pengalaman pembuatan film mereka di dalam dunia perfilman. Di Amerika, lanjutnya, banyak sekali persatuan pekerja film berdasarkan departemennya. Contoh seperti Screen-Actor Guild bagi para aktor/aktris, Directors Guild of America bagi para sutradara, dan Motion Picture Editors Guild bagi para editor.

Hal lain yang dibicarakan, di Indonesia, biasanya ada angka "take" maksimum yang dapat diambil ketika syuting. Di Amerika, tidak ada batas akan jumlah take asalkan sang sutradara mendapatkan hasil terbaik yang
diinginkan.

Poin terakhir yang dibahas adalah production house dan distributor merupakan perusahaan yang berbeda di Amerika. Di Indonesia, banyak production house yang merangkap juga sebagai distributor.

Pembahasan hal - hal tersebut sangatlah penting bagi Livi yang hendak berencana untuk menggarap film ke-empatnya di tanah air Indonesia. Livi berharap dapat co-produce antara Indonesia dan Amerika. Iapun telah membawa tim intinya dari Amerika, seperti stunt coordinator, executive producer, dan cinematographer, ke Indonesia dan mereka setuju untuk bekerjasama dengan tim Indonesia di tahun - tahun yang akan datang.

ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saroh mutaya

Saroh mutaya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus