Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Surakarta - Maestro tari asal Kota Surakarta yang telah melambung namanya di dunia seni pertunjukan internasional, Eko "Pece" Supriyanto, malam ini akan mementaskan mahakaryanya yang berjudul Cry Jailolo pada pembukaan pagelaran Solo International Performing Art (SIPA) di Benteng Vastenburg Kota Surakarta, Kamis, 7 September 2017.
Baca: Seniman dan Sastrawan Indonesia Akan Tampil di Festival Europalia
"Cry Jailolo aslinya berdurasi 1 jam 15 menit. Tapi karena permintaan panitia (SIPA), dipotong jadi sekitar 35 - 40 menit," kata lelaki 46 tahun yang lahir di Banjarmasin dan dibesarkan di Magelang itu saat ditemui Tempo di sela mempersiapkan pentasnya di Benteng Vastenburg, Kamis pagi.
Eko mengatakan, Cry Jailolo adalah sebuah ungkapan, harapan, sekaligus optimisme bahwa penghancuran terumbu karang oleh tangan manusia akan berhenti. Dipentaskan pertama kali dalam Festival Teluk Jailolo, Halmahera Barat, Maluku Utara, pada Mei 2014, tarian yang dibawakan tujuh pemuda asli Jailolo itu telah dan masih akan memukau ribuan pasang mata dari berbagai negara di Asia, Australia, dan Eropa dalam rangkaian tur yang diselenggarakan pada kurun 2015 - 2018.
Meski durasi pementasan Cry Jailolo dipangkas hampir separuhnya, mantan penari latar diva pop dunia Madona pada 2001 itu memastikan tidak banyak perubahan pada konsepnya. Yakni, kisah tentang kehidupan biota laut di terumbu karang yang rusak oleh sampah, bom ikan, maupun penggunaan jaring yang mengeruk hingga ke dasar lautan.
"Pemangkasan durasi ini tidak terlalu berpengaruh. Sebelumnya sudah kami coba dalam Parade Tari Nusantara di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta pada Agustus lalu," kata Eko yang pernah menyandang gelar aktor pendukung terbaik pilihan Majalah Tempo 2016 (dalam film Sunya, besutan sutradara Hari Suhariyadi).
Kesuksesan Cry Jailolo adalah buah dari berat dan lamanya proses yang ditempuh Eko selama hampir tujuh tahun mengeksplorasi Halmahera Barat sejak 2012. "Pertama datang dari Jawa sing ora ngerti lor kidul (tidak kenal medan) di daerah yang punya riwayat konflik berdarah, saya dipaksa menyelam oleh Bupati Halmahera Barat. Pada 2013 saya jadi penyelam profesional dan sekarang sudah punya keahlian rescue (penyelamat)," kata Eko menceritakan pengalamannya mengerjakan proyek untuk mempromosikan pariwisata Halmahera Barat lewat media tari.
Dengan segudang pengalaman menyelami alam bawah laut dan mengemasnya dalam karya yang mendunia, tak ayal jika Eko Pece dinobatkan sebagai maskot SIPA 2017 yang mengusung tema Bahari Kencana Maestro Karya.
"Sesuai dengan tema gerakan menjaga, merawat, dan mencintai laut, panggung SIPA kali ini didesain menyerupai Kapal RI Dewaruci. Kami juga mengundang Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti," kata Direktur SIPA, Ira Kusuma Ratri.
Selama tiga hari, Kamis - Sabtu (7 - 9 September), pagelaran seni pertunjukan gratis yang dirintis Presiden Joko Widodo semasa menjabat Wali Kota Surakarta pada 2009 itu akan menampilkan 18 delegasi dari tujuh daerah di Indonesia dan luar negeri yang meliputi Malaysia, Filipina, Singapura, Vietnam, Thailand, Australia, dan Chile.
DINDA LEO LISTY
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini