Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Setelah Madu tergeletak, Miroto mendendangkan kidung kesedihan kematian Karna saat tewas di Bharatayudha, dalam bahasa Jawa: "Surem-surem dewangkara kingkin…. Lir manguswa kang layon…. Ong Keng Sen, sutradara dari Singapura ini, memang terkenal sarat gagasan multikultural. Setahun silam, ia menggebrak Indonesia dengan pertunjukan Lear—yang juga berdasarkan naskah William Shakespeare—di Teater Tanah Airku. Saat itu, Keng Sen menampilkan pertunjukan lintas-bahasa aktor opera Peking, aktor teater Noh Jepang, penari Thailand, penari Padang, dan gerongan (kor) musisi Jawa. Ini menghasilkan suatu karnaval bunyi yang menampilkan beragam cengkok dan intonasi yang dengan ajaib tetap harmonis. Kini, di gedung Victoria Theater Singapura, ia tak puas dengan semata-mata mengawinkan keragaman ekspresi tubuh dan bunyi tradisi.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo