Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SIANG itu, Ratna Sari Dewi Sukarno, 37 tahun, mengenakan stelan
celana pangsi dari katun warna putih. Dan tetap mengoles mukanya
dengan make-up yang sedikit tebal untuk rata-rata ukuran orang
Indonesia.
Dalam potongan baju yang sama, Kartika, 11 tahun, mengenakan
baju katun warna hijau. Ketika tampak olehnya seorang juru
potret menanti kedatangannya, Dewi langsung mencari lokasi yang
baik untuk dipotret. Ketika Rahmawati Sukarno dan suaminya Dicky
Suprapto muncul dari dalam restoran Jepang Kikugawa di jalan
Kebun Binatang, Jakarta, Dewi cepat menggamit keduanya ini untuk
dipotret bersama. Tidak ketinggalan Bayu dan Taufan Sukarno yang
turut serta dalam acara makan siang antar keluarga tersebut.
Pemilik restoran, Kikuchi -- teman lama Dewi di Tokyo -- rupanya
tahu apa yang jadi kegemaran Dewi. Dihidangkanlah sukidashi dan
sukiyaki, di samping makanan yang lain. "Kedatangan kami," kata
Dewi, "untuk pertemuan keluarga." Dia mengatakan bahwa Guruh dan
Megawati Sukarno pernah berkunjung ke Paris, "dan saya membalas
kunjungan mereka," ujarnya. Dalam kunjungannya seminggu ke mari,
ia juga akan pergi ke Blitar. "Saya kangen dengan Ibu Wardoyo,"
ujarnya.
Acaranya di Jakarta untuk bertemu dengan beberapa tokoh
Indonesia banyak yang tidak kesampaian. Hanya Wakil Presiden
Adam Malik dan nyonya yang berhasil ditemuinya. Itu pun kemudian
diramaikan dengan kedatangan Gubernur DKI Nolly Tjokropranolo
dan Brigjen Chourmain, Dan Skogar Ibukota.
Dewi dibiayai dan diundang oleh Mas Agung untuk turut serta
merayakan 25 tahun PT Gunung Agung. Rencana Gunung Agung,
biografi Dewi akan diterbitkan dalam beberapa bahasa.
Ketika ditanyakan affairnya dengan beberapa tokoh bisnis dan
kaum bangsawan seperti diberitakan koran-koran di Paris, Dewi
tetap menjawab pendek: "Ah, saya tidak ada waktu untuk menjawab
itu." Tapi dia sering menekankan: "Saya ingin bertemu dengan
semua keluarga."
Sampai hari ketiga di Jakarta, dia belum bertemu dengan Guntur
Sukatno. Guntur sendiri sambil tertawa, lewat telepon berkata:
"Datang sih boleh saja ke Jakarta. Memang saya pernah bilang
lewat Guruh, Kartika datang kek ke Blitar buat nyekar kuburan
Bapak."
Mengapa Guntur tampaknya menghindari Dewi dan hanya "mengirim"
isterinya Henny untuk makan siang bersama Dewi di Kikugawa?
Jawab Guntur cepat "Lha, yang mau diomongin apa sih?"
Tapi Sabtu siang lalu sekitar jam 1 siang, sementara para
wartawan dalam dan luar negeri bersilaturahmi di Istana Ballroom
hotel Sari Pasific, Dewi muncul. Ia makan siang bersama Kartika,
Guntur dan Henny di Jayakarta Bar & Grill, sebelah Istana
Ballroom. Menolak minum sampanye, ia merokok Salem.
Mengenakan gaun coklat muda, sanggulnya tampak masih baru. Dua
jam sebelumnya, ia memang baru saja dirias oleh tiga orang
perias dari La Reine Salon. Perias itu ia panggil di kamar 1402
hotel Aryaduta Ambassador Hyatt. Dewi memang lebih suka mengumng
diri di kamarnya. Seorang petugas keamanan hotel selalu siaga
depan kamarnya.
Setelah 13 September ke Blitar, Dewi akan langsung ke Bali. Dari
Bali, dia akan langsung terbang ke Tokyo. Selain Kartika, cuma
seorang juru kamera dari Nl IK yang mengikuti Dewi selama di
Indonesia. Kata Dewi lagi: "Saya sudah harus berada di Tokyo
tanggal 15 September." Sebelum Jakarta, Dewi berkunjung ke Seoul
karena dia telah diundang untuk pembukaan hotel Sheraton di
sana.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo