Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BAGAIMANA rasanya menjadi orang gila? Tanyalah kepada Dewi Yull, si "Jeng Sri" dalam Losmen. "Menjadi orang gila itu enak. Dan sungguh nikmat. Pikiran saya menjadi kosong, tanpa beban," kata Dewi pekan lalu di Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta Selatan, sehabis mengampanyekan filmnya. Penyesalan Seumur Hidup. Dalam film yang masuk nominasi Festival Film Indonesia 1987 itulah, "Saya menjadi gila, setelah anak saya meninggal." Anak yang dimaksud, ya, dalam film itu. Konon, ia menghayati perannya tak tanggung-tanggung. Banyak yang memuji-muji Dewi pantas mendapat Piala Citra. "Bila ada yang mengatakan saya akan memperoleh Citra, saya selalu menjawab, Amin," katanya. "Film itu bukan olah raga. Misalkan saya ikut lomba lompat jauh, selesai melompat jarak langsung diukur, hasilnya langsung bisa dilihat. Lha, dalam ibn, setiap orang penilaiannya berbeda," tutur ibu satu anak yang pernah bekerja di kantor Menpora itu. Saingan Dewi Yull kali ini, unara lain, seorang artis muda yang juga tak suka "issue". Dialah Nurul Arifin, 21 tahun pemeran Kirana dalam film yang diduuga bakal muncul sebagai film terbaik, Nagabonar. "Saya tak pernah mimpi mendapatkan Piala Citra," kata Nurul. Sebabnya, "Saya sungguh risi kalau disebut bintang film. Saya ini belum bintang, masih hanya pemain". Kalau pemain yang bintang bagaimana?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo