Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KARENA sang kekasih lagi terbang menembus awan, Penyanyi Sundari Sukoco melamun sendirian ditemani petikan piano. Rindu. "Dan kalau rindu begitu saya lalu cari kesibukan: memasak, membuka album foto, atau main piano," kata penyanyi yang nama aslinya Sundari Untinasi ini. Yang dirindukan Sundari anak (almarhum) Letnan Satu Sukoco, adalah Pilot Arman Suryadi, putra Marsekal Madya (purnawirawan) Kardono yang juga Ketua Umum PSSI ini. Sundari, 24 tahun, dan Arman, 30 tahun, sejak pekan lalu tak boleh lagi ketemu muka, bahkan temu wicara -- walau lewat telepon, misalnya. Pernah suatu ketika, Arman, pilot Airbus Garuda, menelepon ke rumah keluarga Sukoco. Yang menerima Sundari sendiri. Begitu suara-suara saling dikenali, seperti dikomando masing-masing menutup telepon. Ada apa, sih? Bukan apa-apa. Ini masalah adat -- dan keduanya sepakat untuk menjunjung adat. Sundari menjalani masa pingitan 40 hari sebelum naik pelaminan yang direncanakan 19 Juli nanti. Padahal, dalam keadaan tanpa dipingit pun Sundari biasa jarang ketemu dengan Arman. Sang pilot mcndarat di Jakarta paling seminggu sekali. Kalaupun Arman mendarat, pertemuan juga tak mesti, karena Sundari lagi manggung ke luar daerah, umpamanya. "Jadi kami ketemunya kalau Mas Arman tidak terbang dan saya tidak nyanyi," kata Sundari. Cuma saja, kalau pingitan tak ada, mereka biasa saling menelepon. Calon pengantin ini sudah saling menyesuaikan diri. Arman, yang dulu tak suka keroncong. sekarang suka lagu Stambul Baju Biru. Sundari, yang tadinya biasa baju-baju "sopan" dan gemar berkebaya, mulai senang Jeans, meniru Arman. Mereka pun sudah mengkaji adanya gosip, misalnya, pilot banyak ceweknya dan artis banyak main dengan fans-nya. "Semuanya sudah kami pertimbangkan termasuk segala risikonya," kata Sundari sambil tersenyum dan memetik piano.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo