Sate Uji Keberanian

Pernah dengar sate klatak? Cuping telinga Nirina Zubir, 27 tahun, seketika bergerak begitu mendengar nama sate yang aneh itu. ”Sate apa itu?” tanya Nirina kepada sutradara Garin Nugroho, di Yogyakarta, pekan lalu. Garin mengajak Nirina dan Deddy Mizwar menikmati sate klatak setelah mendapat penghargaan dalam 2nd Jogja Asian Film Festival.

Sate kambing ini memiliki sejumlah ciri khas. Pertama, hanya dibumbui bawang putih, garam, dan merica. Tanpa kecap. Kedua, dijual hanya pada malam hari di belakang Pasar Wonokromo, Pleret, di Jalan Imogiri. Ketiga, nah ini dia, tak ditusuk dengan bambu, tapi dengan jeruji sepeda. Mengetahui Nirina penasaran, Deddy pun iseng dengan menjelaskan bahwa jeruji yang dipakai adalah jeruji bekas, berkarat, dan belepotan kotoran kambing. Nirina bengong. Tapi, sekalipun keder, Nirina tetap penasaran mencicipi. ”Hitung-hitung fear factor,” ucapnya mengacu pada nama sebuah acara televisi yang menguji keberanian.

Nirina, Deddy, Garin, dan beberapa sutradara Asia pun meluncur ke Pleret pada tengah malam itu. Begitu sate terhidang, perlahan-lahan Nirina menyantapnya. Satu tusuk, dua, dan seterusnya. ”Hmmm... ternyata enak dan memalukan.” Lho kok memalukan? ”Aku benar-benar tampak memalukan. Entah berapa sate kusikat,” ujarnya seraya tertawa.