Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selepas dekade emas 1990-an,perlahan prestasi bulu tangkis Indonesia merosot ke titik nadir. Pengurus baru datang silih berganti,tapi alih-alih membaik,koleksi gelar juara terus anjlok. Agustus lalu,pebulu tangkis Indonesia,yang selalu meraih emas Olimpiade sejak 1992,pulang tanpa satu pun medali. Federasi Badminton Dunia bahkan mendiskualifikasi ganda putri Indonesia—selain Cina dan Korea—karena berupaya kalah demi menghindari lawan yang dianggap lebih kuat di ajang prestisius itu.
Sebulan setelah kehancuran prestasi di Olimpiade London,Musyawarah Nasional Pengurus Besar Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) di Yogyakarta menetapkan Gita Wirjawan—kini Menteri Perdagangan—sebagai ketua umum. Gita memulai kerjanya dengan merampingkan organisasi dan melibatkan sejumlah mantan pemain yang pernah berjaya "Dua-tiga tahun ke depan bisalah kita lihat hasil yang bagus," katanya kepada Tempo.
Dia memastikan Rexy Mainaky akan kembali ke Tanah Air dan menempati posisi sebagai kepala bidang pembinaan prestasi. Rexy bersama pasangannya,Ricky Subagja,adalah peraih emas Olimpiade Atlanta 1996. Sepuluh tahun dia malang-melintang melatih tim nasional Inggris,Malaysia,dan Filipina. Di kedua negeri jiran itu,Rexy merupakan pelatih termahal,dengan bayaran di atas Rp 100 juta per bulan. Gita juga merekrut Susi Susanti,juara Olimpiade 1992,sebagai anggota staf ahli bidang pembinaan dan prestasi,dan Ricky di bidang hubungan masyarakat.
Toh,Ketua PBSI baru belum bisa tancap gas menggerakkan pengurus baru karena belum dilantik Komite Olahraga Nasional Indonesia. Meski Gita mengantongi 30 suara berbanding dua—satu suara abstain—PBSI masih harus meladeni tuntutan Icuk Sugiarto. Mantan juara dunia itu menganggap pemilihan Gita tak demokratis karena Musyawarah Nasional langsung ketuk palu menetapkan lawannya sebagai pemenang tanpa melalui presentasi visi dan misi kandidat. Walhasil,pelantikan masih harus menunggu hasil keputusan Badan Arbitrase Olahraga Indonesia.
Sembari menunggu keputusan,Gita meminta pengurus membuat rencana kerja. Hal riil yang bisa dia lakukan sekarang sebatas mengurus kebersihan markas pemusatan latihan nasional sekaligus pengurus PBSI di Cipayung,Jakarta. "Selama belum pakai jas dan dilantik,saya cuma bisa mengurus tanaman dan toilet di sana,supaya nyaman," ujar Gita. Dia menerima Adek Media Roza,Purwani Diyah Prabandari,dan Gadi Makitan dari Tempo untuk sebuah wawancara khusus di kantor Kementerian Perdagangan pada Senin pekan lalu.
Siapa yang mendorong Anda mencalonkan diri menjadi Ketua Umum PBSI?
Saya tidak tidur lalu bermimpi untuk mendapatkan amanah ini. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Djoko Santoso,ketua umum sebelumnya,yang meminta saya. Seberapa pun kesibukan saya,tak pernah saya menolak permintaan dari orang yang saya hormati.
Apa pesan Presiden?
Tolong perbaiki bulu tangkis kita.
Publik selalu menuntut hasil tertinggi untuk bulu tangkis,sementara prestasi kita sekarang tengah hancur lebur.
Ya,saya mempertaruhkan reputasi saya untuk kepentingan nasional. Ini berarti saya dan jajaran pengurus harus bekerja keras. Kalau dipikir-pikir,saya ini nekat,do or die.
Kok,berani? Anda kan tak punya latar belakang bulu tangkis?
Kalau badminton,pernah juara di SMA. Tapi saya juga main bola,voli,American football,dan renang.
Bagaimana Anda meyakinkan Rexy Mainaky dan Susi Susanti untuk bergabung dengan PBSI?
Saya katakan bahwa saya enggak mengerti badminton sebanyak Rexy dan kawan-kawan. Tapi saya cukup memahami manajemen dan saya punya dedikasi untuk hal-hal yang dekat dengan hati saya,yaitu olahraga dan seni. Lalu saya tanya apakah dia mau bekerja sama dengan saya. Mau enggak masuk ke gerbong yang semestinya bisa ke Paris dari Jakarta,tapi kalau kita enggak bekerja keras,mungkin hanya mentok di Purwakarta.
Program apa yang ditawarkan sehingga mereka mau bergabung?
Pendidikan,fokus untuk pelatihan,serta kesejahteraan pemain dan pelatih. Saya tidak melihat kita akan lebih maju dari sekarang bila tidak ada peningkatan kesejahteraan.
Anda akan membayar Rexy setara dengan yang dia terima di negara lain?
Tidak. Tapi saya berkomitmen memberi kompensasi di atas yang biasa diberikan di sini.
Berapa?
Tidak bisa spesifik. Tapi saya percaya,di dalam dirinya,Rexy punya keinginan kembali dan memberi sumbangsih kepada bangsa. Masalahnya,apakah dia bisa bekerja dengan orang yang dia percaya,apakah dia bekerja dengan orang yang dia hormati,dan apakah dompetnya cukup untuk menaruh makanan di meja buat anak-anaknya. Ya,kombinasi semua ini harus dikemas dalam bungkus yang seksi,bukan yang wah sekali,tapi yang masuk akal.
Bagaimana dengan kesejahteraan pelatih?
Ini yang saya bilang,kesejahteraan pelatih dan pemain harus direkalibrasi. Kalau pelatih pindah ke negara seberang,dia bisa mendapat bayaran 6-10 kali lipat. Enggak cengli (impas) dong kalau melatih di sini. Selain itu,mereka mendapat mobil,rumah,serta fasilitas sekolah internasional untuk anak-anaknya,dan makannya steak. Nah,di sini bagaimana? Maka pelatih harus diberi insentif agar bisa melatih dengan baik.
Boleh tahu definisi Anda tentang kesejahteraan pemain?
Harus ada pembedaan jelas antara pemain berprestasi dan yang tidak. Itu berlaku di dunia olahraga. Maka akan jelas di benak pemain,kalau lebih bekerja keras,lebih banyak latihan,lebih dahsyat prestasinya,dia akan mendapat kompensasi lebih banyak.
Banyak mantan atlet yang hari tuanya tidak sejahtera. Apa terobosan yang akan Anda buat?
Kami ingin satu sistem yang bisa memberi jaminan sosial. Salah satu wujudnya tabungan pemain. Juga mesti ada pemikiran,kalau pemain itu jarinya patah dan tak bisa main lagi,harus bisa berkarier di bidang lain. Saya mendorong sponsor tak hanya untuk operasionalisasi PBSI,tapi juga untuk kepentingan pemain.
Anda berjanji meningkatkan dana abadi PBSI,yang saat ini Rp 40 miliar,menjadi Rp 100 miliar. Dari mana bisa mendapat duit sebanyak itu?
Orang akan memberi sumbangsih kalau mereka percaya kepada apa yang disumbangnya. Saya datang dari latar belakang yang harus punya kredibilitas: dunia keuangan dan dunia usaha. Sebagai pengusaha,saya hanya mau membantu kalau saya percaya kepada orang yang saya bantu.
Bagaimana dengan kredibilitas jajaran pengurus?
Ini yang akan saya presentasikan. Silakan kalau mau percaya atau tidak. Dulu banyak posisi di bawah ketua umum,sekarang hanya ada empat,sederhana. Setiap posisi saya isi dengan orang yang mengerti akan tugasnya. Basri Yusuf (kepala bidang pengembangan) pernah di klub Djarum,lalu dibajak Singapura. Terbukti dia bisa menghasilkan pemain bagus. Rexy melatih di Inggris,Malaysia,lalu Filipina. Anton Subowo,seorang pengusaha,mengerti bagaimana berkomunikasi dengan pengusaha dan dia ditugasi mencari dana.
Jadi,Anda akan mendatangi para pengusaha?
Saya enggak akan merengek minta sekarang. Akan saya tunjukkan prestasi dulu.
Apa target Anda ke depan?
Dengan catatan kami bekerja keras habis-habisan,mudah-mudahan target yang ultimate adalah merebut Piala Thomas dan Uber 2014. Kalau menargetkan Piala Sudirman 2013,terlalu ambisius. Kami bisa mengukur secara keseluruhan. Ganda campuran masih oke,tapi yang lain masih harus ditingkatkan.
Bagaimana dengan Olimpiade?
Pasti ada ambisi buat merebut medali Olimpiade. Masak,enggak ada?
Apa saja yang perlu digenjot demi mengatrol prestasi bulu tangkis kita?
Yang paling penting adalah pembinaan atlet muda. Kader muda amat langka di pelatnas. Ini bukan salah pelatnas saja,tapi juga pemangku kepentingan lain.
Bagaimana mengatasinya?
Pertama,pengadaan pelatih yang luar biasa,yang tak hanya memperhatikan atlet utama,tapi juga pratama dan junior. Kedua,harus ada kenyamanan batin pada pemilik klub bahwa atlet muda yang mereka kirim ke pelatnas akan mendapat perhatian. Saat ini masih ada keraguan pada mereka.
Pelatih bagus bisa kesulitan bila ada intervensi pengurus dalam pemilihan pemain. Bagaimana mengatasi masalah ini?
Akan saya ubah sistemnya. Segala hal yang terkait dengan prestasi itu urusan Rexy. Juga shuttlecock,net,tiket pesawat,makanan,minuman,sandal jepit,sabun,pasta gigi—apa pun yang diperlukan untuk menopang prestasi pemain. Semua itu harus ada di bawah bagian pembinaan prestasi.
Jadi,Rexy punya wewenang penuh?
Ya,dia sepenuhnya bertanggung jawab. Supaya jelas juga akuntabilitasnya. Kalau kita jaya,dia yang mendapat kredit. Kalau kita kalah,saya tahu saya harus blame siapa. Seperti Anda (wartawan),kalau kita kalah,saya yang disalahkan. Kalau menang,pemain yang dipuja-puja,ha-ha-ha….
Apakah Anda akan memperbanyak keikutsertaan Indonesia di turnamen internasional?
Partisipasi sudah cukup,tapi harus dengan partisipan yang lebih bagus. Dan ke depan harus lebih banyak pemain muda. Saya ingin,begitu rencana kerja kami rampung,seorang pemain sudah tahu tahun depan dia main di turnamen mana saja. Tentu dengan evaluasi. Bila poinnya cukup,dia terus tampil sesuai dengan jadwal. Jika tidak,harus disesuaikan. Misalnya,seorang pemain seharusnya ke Kopenhagen,tapi karena penampilannya kurang baik,kami pindahkan dia ke turnamen di Klaten,dan sebaliknya.
Apa yang dikerjakan pengurus baru sambil menunggu pelantikan?
Saya sudah mengimbau kawan-kawan di pengurusan baru ini agar menyelesaikan rencana bisnis di akhir November. Dengan begitu,kami bisa mengkonsolidasi pandangan masing-masing terkait dengan pengembangan,keuangan,fund raising,dan pembinaan prestasi. Begitu masuk 2013,kami bisa langsung jalan agar dapat membuahkan prestasi dalam dua-tiga tahun.
Kenapa disebut rencana bisnis?
Supaya ada sense of planning,sense of business,dan sense of crisis. Supaya lebih proper. Sebab,kami ingin lebih baik.
Apa kesan Anda terhadap Icuk Sugiarto?
Sejak kecil,saya nge-fan banget sama Icuk. Kalau dia menang,saya terharu karena bangga. Ini bukan mendramatisasi. Saya tidak pernah punya pikiran negatif apa pun terhadap dia. Waktu Musyawarah Nasional di Yogyakarta,karena akan ada pemilihan,saya dan Icuk disuruh ke luar ruangan. Saya ucapkan kepada dia,"Selamat pencalonannya dan kita bersaing secara demokratis."
Jika urusan arbitrase kelar dan Anda dilantik,Anda akan merekrut Icuk?
Tergantung. Kalau aspirasi dia benar-benar untuk menopang pembangunan PBSI dan prestasi pemain,akan kami carikan jalan.
GITA WIRJAWAN Tempat dan tanggal lahir: Jakarta,21 September 1965 Pendidikan: Kennedy School of Government,Harvard University,1992 | Public Administration,Harvard University,1999 Karier: Goldman Sachs,Singapura,2000 | ST Telekomunikasi,Singapura,2004 | Direktur Utama JP Morgan,Jakarta,2006 | Pendiri Ancora Capital,2008 | Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal,2009-2012 | Menteri Perdagangan,2011-2014 |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo