Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Semua sejarawan akan setuju bahwa Presiden Zimbabwe, Robert Gabriel Mugabe, adalah "sesepuh" nasionalis Afrika yang tertua, terlama (duduk di kekuasaan), dan terakhir yang masih aktif memimpin di Benua Afrika. Para koleganya sesama pejuang kemerdekaan di Afrika rata-rata sudah mundur, memberi petuah dari jauh, atau sudah wafat. Seperti juga para pahlawan nasionalis di berbagai negara berkembang, bulan madu kemerdekaan itu lazimnya berakhir setelah beberapa saat, karena pada akhirnya yang dibutuhkan oleh sebuah negara untuk mencapai kemakmuran bukan sekadar karisma dan cita-cita, tetapi juga kompetensi. Sejak kepemimpinan Mugabe di tahun 1980 sebagai perdana menteri, hingga tahun ini, seperti yang diutarakan majalah Time tahun 2000, ekonomi Zimbabwe mencapai titik terburuk. "Harapan untuk hidup makmur setelah kemerdekaan tahun 1980 pupus dengan kekerasan berdarah yang terjadi di Matabeleland, kawasan suku Ndebele di Zimbabwe." Reaksi Mugabe saat itu adalah mengirim pasukan militer yang terlatih ketat oleh Korea Utara yang mencoba "mengatasi" pemberontakan ini selama dua tahun. Korbannya bergelimpangan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo