TEMPO.CO, Jakarta - Pertemuan tim pencari fakta (TPF) Demokrat pada 11 Mei 2011 belakangan diragukan sejumlah orang, termasuk dari salah seorang anggota TPF Soetan Batoegana. Menurut Sutan, tim tidak objektif menyelidiki dugaan keterlibatan petinggi Demokrat dalam kasus suap Wisma Atlet. Hasilnya, anggota tim cenderung menutupi fakta pemeriksaannya. Bagaimana sebenarnya pertemuan terbatas itu digelar?
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Ruhut Sitompul mengatakan pertemuan sore itu berlangsung santai. Bertempat di ruang Ketua Fraksi Demokrat, M Jaffar Hafsah, di lantai 9 Gedung Nusantara I DPR, peserta pertemuan bercerita dengan terbuka.
Menurut Ruhut, pertemuan sekitar satu setengah jam itu lebih terlihat seperti ngobrol biasa dan bukan sedang melakukan pemeriksaan. Sesekali diiringi gelak tawa. "Kami buat begitu supaya enak mereka cerita," ujar Ruhut, Kamis, 9 Februari 2012.
Tak semua anggota TPF hadir sore itu. Hanya ada Wakil Ketua Umum Max Sopacua, Ketua Fraksi Jaffar Hafsah, Benny K Harman, Eddi Ramli Sitanggang. Tiga lainnya adalah kader dan anggota fraksi yang namanya tengah mencuat dalam kasus suap Wisma Atlet, Muhammad Nazaruddin, Muhammad Nasir, dan Angelina Sondakh. Sedangkan Mirwan Amir yang namanya ikut disebut tidak hadir dalam pertemuan itu. "Anggota TPF lainnya tidak bisa hadir karena ada yang ke luar negeri, ada yang agenda di luar, macam-macam lah," tutur Ruhut.
Dalam pertemuan itu, Nazaruddin--ketika itu belum ditetapkan sebagai terdakwa kasus suap Wisma Atlet-- beberapa kali membantah keterlibatannya. Begitu juga Angie--sapaan akrab Angelina. Keduanya kompak dan saling menguatkan ketidakterlibatan mereka. "Soal aliran dana, aku tidak tahu sebab aku sering keluar masuk dan tidak mendengar bagian itu," kilah Ruhut.
Ruhut menyebutkan pertemuan itu tidak membahas aliran dana ke Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum. Nama Anas hanya tersebut kala Nazar meminta Ruhut melindungi dia dan membantu memberi keterangan pada media. "Abang diminta protect aku untuk memberi keterangan kepada media," ujar Ruhut mengulang pernyataan Nazar.
Kekompakan Nazar dan Angie, kata dia, berubah dalam serangkaian sidang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta. Berkali-kali Nazar menyebut Angie pernah mengakui sejumlah aliran dana proyek Wisma Atlet, juga pada beberapa petinggi Demokrat. Menurut Nazar, pengakuan Angie itu dilontarkan di hadapan anggota Tim Pencari Fakta.
Angie, kata Nazar, ketika itu mengaku menggelontorkan uang Rp 9 miliar kepada pemimpin Badan Anggaran DPR dan Ketua Fraksi Demokrat. "Rp 2 miliar ke Anas," ujarnya, 7 Desember tahun lalu. "Saya rekam. Kalau mereka bilang tak ada, nanti rekaman yang akan bilang mereka bohong."
Pertemuan TPF di ruang Jaffar untuk mendalami keterlibatan petinggi partai dalam kasus Wisma Atlet menurut Ruhut sebenarnya bukanlah yang pertama. Dia bersama Benny beberapa kali meminta keterangan secara terpisah pada kader yang terseret. Namun pertemuan yang bisa dihadiri sekaligus oleh Angie, Nazar dan Nasir baru berlangsung hari itu.
Ruhut melanjutkan, setiap pertemuan TPF selalu dilaporkan pada Dewan Kehormatan melalui Amir Syamsuddin. Koordinasi itu terus dilakukan sampai pertemuan akhir. Hanya menurut Ruhut, TPF tidak membuat kesimpulan dari hasil kerja tim dan langsung diserahkan pada Dewan Kehormatan. "Jadi tidak ada kesimpulan kami," ujar dia.
Pertemuan berakhir ketika memasuki magrib. Beberapa peserta juga ada yang akan hadir pada acara ulang tahun pendiri partai, Ventje Rumangkang. "Pertemuan pun bubar tanpa kesimpulan dan aku langsung ke acaranya Pak Ventje itu. Tapi ternyata tak semua yang hadir pertemuan datang ke acara itu," tutur Ruhut.
IRA GUSLINA
Berita lain:
TPF Demokrat Soal Wisma Atlet Dianggap Akal-akalan
KPK Didesak Periksa Tim Pencari Fakta Partai Demokrat
Tim Demokrat Simpan Rahasia Angie-Anas
Nazar Benarkan Istrinya Bertengkar dengan Istri Anas Soal Yulianis
Nazar Minta Anas Legowo Akui Dosa
Kata Nazar, Anas-Angie Atur Proyek Hambalang