TEMPO.CO, Pontianak – Para pemuka agama dan aparat keamanan masih menemukan beberapa pihak yang mencoba mengail di air keruh, alias mengadu domba menjadi konflik antarumat beragama. Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Barat, Brigjen Pol Unggung Cahyono, menegaskan sekali lagi agar tidak ada yang berupaya mengacaukan situasi yang sudah aman terkendali. “Kami kerahkan intelijen untuk memantau situasi,” katanya.
Sabtu 17 Maret 2012, sekitar pukul 01.00, ada sekelompok orang yang mencoba memasang spanduk, yang isinya memprovokasi umat Islam untuk bergerak. Beberapa saat setelah pemasangan spanduk di beberapa titik di kawasan Pontianak Barat, polisi kemudian datang mencopoti satu per satu.
Upaya provokasi untuk menimbulkan kericuhan antarumat beragama juga disebarkan melalui jejaring sosial, BBM, dan telepon seluler. Kapolda meminta warga Kalimantan Barat tidak menelan informasi itu mentah-mentah.
Para pemuka agama pun meminta agar isu penolakan FPI ini tidak mengarah menjadi konflik antarumat beragama dengan menyaring informasi yang beredar. “Etnis di Kalimantan Barat yang beragam, kalau kita bisa saling toleransi. Maka kita bisa hidup di tempat yang sama,” ujar Haitami Salim, pemuka agama Islam, dari Forum Komunikasi Antarumat Beragama.
Pemuka agama Katolik, Pendeta Barnabas Simin, yang juga pemuka Adat Dayak Kalimantan Barat, menekankan hal yang sama. “Jangan sampai ada yang memanfaatkan momen semakin dekatnya pemilihan kepala daerah untuk menonjolkan figur tertentu,” ujarnya. Masyarakat Dayak, kata dia, jangan sampai terpancing dan berpikir dengan kepala dingin. Jika ada pelanggaran hukum, dia mengimbau agar masyarakat Dayak mengedepankan aparat keamanan untuk menyelesaikannya.
Kericuhan ini bermula pada Kamis 15 Maret 2012 lalu. Situasi Pontianak tegang kala itu. Ribuan orang sejak pagi berkumpul di Rumah Betang di Jalan Sutoyo, Pontianak. Mereka mempertanyakan kejelasan kasus perusakan papan nama asrama mahasiswa Pangsuma, Pontianak. Perusakan terjadi setelah spanduk bertuliskan penolakan terhadap FPI dipasang di dekat papan nama. Kemudian massa yang berkumpul meminta agar FPI dibubarkan.
Isu penolakan FPI ini kemudian disusupi pihak-pihak tertentu yang mencoba mengarahkannya menjadi konflik antarumat beragama. Pemuka agama dan aparat keamanan menegaskan bahwa konflik yang terjadi di Pontianak, Kalimantan Barat, bukanlah soal agama.
ASEANTY PAHLEVI
Berita Terkait:
Gubernur Jamin Tak Ada Mobilisasi Massa Anti-FPI
Munarman: Bentrok Anti-FPI di Pontianak Bukan Soal Spanduk
Setelah Rusuh Anti-FPI, Baracuda Disiagakan di Rumah Bentang
Ribut Spanduk Tolak FPI, Pontianak Tegang
Kronologi Ricuh Spanduk Anti-FPI di Pontianak
Pascarusuh Anti-FPI, Pemuda Melayu Minta Anggotanya Tahan Diri
Munarman: Bentrok Anti-FPI di Pontianak Bukan Soal Spanduk
Kisruh Spanduk Anti-FPI, 364 Brimob Datang Subuh
Mabes Polri Kirim Brimob Antisipasi Rusuh Spanduk AntiFPI