TEMPO.CO, Jakarta - Maskapai Kartika Airlines diminta menunda pembelian pesawat komersial Sukhoi Superjet 100 bikinan Rusia. “Lebih bagus ditunda dulu sampai ada hasil investigasi kesalahan penyebab kecelakaan kemarin itu apa,” kata Wakil Ketua Komisi Perhubungan Dewan Perwakilan Rakyat Muhidin M. Said, saat dihubungi, Jumat, 11 Mei 2012.
Investigasi terhadap kecelakaan Sukhoi Superjet 100 di Bogor pada Rabu sore, 9 Mei 2012, menurut Muhidin, bisa dijadikan dasar maskapai Indonesia untuk memutuskan pembelian pesawat tersebut. “Apakah kesalahan pilot dan human error, atau karena pesawatnya itu sendiri, perlu dicari tahu,” ujarnya. “Kalau karena pesawatnya, berarti perlu dipikirkan ulang pembeliannya.”
Ia menilai lebih baik Kartika Airlines dan maskapai Indonesia lainnya membeli pesawat yang sudah familiar dan dikenal kelaikannya, seperti Boeing dan Airbus. “Kalau Sukhoi, memang harganya lebih murah, tapi keamanannya belum teruji. Pemeliharaannya di Indonesia pasti juga lebih mahal karena belum dikenal,” kata dia.
Kartika Airlines rencananya membeli 30 Sukhoi Superjet 100 dengan nilai per unit US$ 38 juta. Perjanjian jual-beli dengan pihak Sukhoi sudah digagas sejak Juli 2010 lalu dan rencananya akan dikirim pada September mendatang.
Pesawat Sukhoi Superjet 100 yang sedang melakukan joy flight hilang kontak sekitar pukul 14.33 saat berada di kawasan Gunung Salak, Jawa Barat. Sukhoi itu berpenumpang 45 orang, delapan di antaranya awak pesawat dari Rusia.
Pejabat sementara Wakil Presiden Rusia, Dmitry Rogozin, Kamis, menduga faktor human error lebih dominan sebagai penyebab kecelakaan itu.
ISMA SAVITRI
Berita terkait:
Diragukan Jika Sukhoi Turun Ketinggian Karena Cuaca Buruk
Sukhoi Joy Flight, Kenapa Ambil Rute Selatan?
Tiga Sebab Jatuhnya Sukhoi
Pilot Sukhoi Pernah Jadi Astronot Penguji Termuda
Tim Sukhoi Rusia Dipimpin Mikhael Pogosyan