TEMPO.CO , Jakarta:- Deputi Senior General Manager Air Traffic Control (ATC) Cengkareng, Mulya Abdi, menegaskan bahwa pihaknya telah menyerahkan semua data terkait dengan kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100, termasuk rekaman percakapan antara petugas ATC dan pilot kepada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
“Teknis kecelakaan menjadi ranah KNKT, kita tunggu saja hasil penyelidikannya,” ujarnya saat dihubungi, Senin malam, 21 Mei 2012.
Mulya menolak menjawab pertanyaan ihwal posisi pesawat nahas itu yang hanya berjarak 14 kilometer dari Gunung Salak, ketika meminta izin untuk turun dari ketinggian 10 ribu kaki (3.048 meter) menjadi 6.000 kaki (1.829 meter). Padahal saat itu Sukhoi dengan nomor register RA-36801 itu tengah melaju dengan separuh kecepatan maksimalnya, atau 537 kilometer per jam dan mengarah ke Gunung Salak.
Dengan kelajuan itu, jarak 14 kilometer hanya ditempuh dalam sekejap: sekitar 9,4 detik. Alhasil, pilot Aleksandr Yablontsev tidak kuasa mengangkat moncong pesawatnya setelah menyadari ada gunung setinggi 2.211 meter (7.254 kaki) di depan mata. Akibatnya, perut pesawat seberat 45 ton itu menghantam tebing Puncak Satu Salak dalam upayanya menghindari tabrakan.
Menurut Mulya, pilot Sukhoi dinilai sudah mengetahui jalur penerbangan yang dia lalui saat melakukan terbang gembira dari Bandara Halim Perdanakusuma ke Pelabuhan Ratu. “Dia wajib mempelajari peta wilayah yang dilalui,” kata Mulya.
Meskipun baru pertama kali terbang ke suatu wilayah, Mulya menambahkan, pilot semestinya paham dengan medan dan rute terbang. Saat meminta penurunan ketinggian, Mulya menjelaskan, yang mengetahui kondisi di lapangan saat itu adalah sang pilot. Alasan penurunan ketinggian itu, kata dia, hanya diketahui oleh pilot tersebut. “Kami tidak ada alasan untuk tidak mengizinkan,” kata dia.
Apalagi, kata Mulya, pesawat sampai dua menit setelah meminta izin turun ketinggian itu posisi pesawat itu masih berada di atas area latihan Pangkalan Udara Atang Sendjaja, Bogor. Area itu merupakan kawasan aman untuk melakukan terbang gembira. Dia menerangkan, ATC Cengkareng sudah melayani ratusan pesawat yang melakukan latihan dan terbang gembira di wilayah yang dilalui pesawat Sukhoi itu. “Kecuali Sukhoi, semua berjalan aman,” ucapnya.
Mulya juga membantah fasilitas yang dimiliki oleh ATC Cengkareng sudah tidak layak. Fasilitas saat ini dinilai masih mampu melayani penerbangan hingga sekitar 1.800 penerbangan sehari. Menurut Mulya, jika fasilitas ini tidak layak, Bandara Soekarno-Hatta tidak akan bisa melayani ribuan penerbangan ini. Dia bersepakat, alat-alat tersebut memang perlu diremajakan. “Peremajaan ini menjadi domain PT Angkasa Pura II,” ucapnya.
I WAYAN AGUS PURNOMO
Berita terkait
3 Dugaan Penyebab Sukhoi Menabrak Gunung Salak
Sukhoi Punya 9,4 Detik untuk Selamat
Ayat Kursi & Kisah Getir Pilot Mengontak Bandara
Beginilah Pembicaraan Pilot Sukhoi dan Petugas ATC
Petugas ATC Tak Menyadari Sukhoi Menghilang?
Cerita Mantan Bos Merpati Lolos dari Maut Sukhoi
Kebablasan dan Salah Perintah di Udara
Centang-perenang Menara Pengawas Pesawat (ATC)
Curhat Pilot: ATC Ikut Menyelamatkan Pesawat
Tiga Kali Dipanggil, Sukhoi Tak Menjawab