TEMPO.CO , Jakarta:- Proyek Pusat Olahraga Hambalang di Sentul, Bogor, Jawa Barat, sejak awal sudah diliputi banyak ketidakjelasan, juga penyimpangan. Amblasnya tanah di lokasi itu, yang mengakibatkan dua bangunan runtuh, Kamis 24 Mei 2012 malam lalu, merupakan insiden yang sebelumnya sudah diperingatkan bisa terjadi.
Pembangunan pusat olahraga itu diawali oleh keprihatinan. Sekolah Atlet Ragunan, di Jakarta Selatan, kian hari kian sesak dan tak lagi memadai. Sekolah yang mulanya hanya milik pemerintah pusat, sejak otonomi daerah, harus berbagi dengan Pemerintah Daerah Ibu kota Jakarta.
Daftar aset yang diserahkan Kementerian Pendidikan Nasional pada Kementerian Pemuda dan Olahraga pada 18 Oktober 2005 tidak memasukkan sekolah Ragunan. Menteri Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault saat itu akhirnya memutuskan melanjutkan pendirian sekolah atlet baru yang dirintis sejak masa Direktorat Jenderal Olahraga, Kementerian Pendidikan Nasional.
Ketika itu dipandang perlu sebuah sekolah atlet yang bertaraf internasional. "Mulailah dicari tanah saat itu," kata Deddy Kusnidar, pada 9 Mei 2012 lalu. Deddy adalah ketua tim verifikasi tanah yang dibentuk Kemenpora. Di dalam tim ada Sugeng Mulyono, M. Sidik Akbar, R Isnanta, dan Panangian Rambe.
Mereka kemudian mencari tanah lokasi sekolah olahraga. Tim itu menyurvei banyak lokasi, termasuk di Desa Karangpawitan, Kecamatan Karawang, Kabupaten Karawang; dan Desa Ciantara, Kelurahan Cikarang, Kabupaten Bekasi. Ada juga dua lokasi di Kabupaten Bogor, yakni di Desa Cariu, Kecamatan Cariu, dan di Desa Hambalang, Kecamatan Citeureup. Tim ini juga melihat beberapa lokasi di Tangerang.
Deddy bercerita, Bupati Karawang dan Bupati Bekasi kala itu sangat positif merespons usaha tim. Peninjauan ke lokasi di dua kabupaten itu pun dilakukan. "Namun setelah melihatnya, kami menolak," kata Deddy. Tim beralasan tanah itu adalah areal persawahan yang produkif.
Dari Karawang, tim kemudian ke Cariu dan Hambalang. Bupati Bogor Agus Utara Effendi saat itu juga sangat membantu usaha tim.
Pada 4 Mei 2004 tim menyelesaikan tugasnya dan merekomendasikan empat lokasi untuk lokasi pusat olahraga itu, yaitu Hambalang, Karangpawitan, Cariu, dan Ciantara. Deddy mengatakan tim hanya merekomendasi, tapi persetujuan tetap berada di atasannya.
Akhirnya lokasi di Hambalang, seluas 31 hektare, yang terpilih. "Alasannya karena tanahnya lebih murah, tanah negara, dan lokasinya sangat dekat," kata Deddy, yang belakangan menjadi pejabat pembuat komitmen proyek pusat olahraga di Hambalang.
Adhyaksa Dault menyesalkan sikap pembuat kebijakan yang tetap mendirikan kompleks olahraga di tempat tersebut. "Kami sudah memberi rekomendasi bahwa lokasi tersebut hanya cocok dibangun sekolah olahraga, bukan kompleks olahraga," katanya saat dihubungi kemarin. "Daerah di sekitar tempat yang sekarang sedang dibangun memang rawan gempa."
RUSMAN PARAQBUEQ | SYAILENDRA
Berita terkait
Dua Bangunan di Proyek Hambalang Ambruk
Tanah Proyek Hambalang Ambles Akibat Hujan
Tanah di Proyek Hambalang Ambles Hingga 3 Meter
Proyek Hambalang dari Krawang, Bekasi Hingga Ambruk di Sentul
KPK Mulai Usut Duit Kongres Demokrat
10 Jam Dicecar KPK, Menteri Andi Bantah Terima Suap
Apa Hubungan Mahfud, Anas, dan Hambalang?
Status Cegah Mahfud Suroso, Saksi Kunci Hambalang