TEMPO.CO, Jakarta - ASI adalah makanan alamiah terbaik untuk bayi. Setiap ibu pasti punya keinginan memberikan ASI pada buah hatinya. Namun, terkadang ada beberapa keadaan yang menyebabkan seorang ibu tidak bisa memberikan ASI. Pada keadaan inilah penggunaan ASI donor bisa menjadi alternatif.
Permintaan terhadap ASI donor ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Sebagaimana diungkapkan Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), Mia Sutanto. Menurut Mia, saat pertama kali berdiri pada 2007, dalam sebulan permintaan ASI donor melalui AIMI hanya satu-dua orang.
"Sekarang dalam sehari bisa ada tiga-empat permintaan ASI donor," kata Mia saat ditemui dalam seminar Pekan ASI Sedunia pada Rabu, 1 Agustus 2012 di kantor Ikatan Dokter Anak Indonesia, Matraman, Jakarta. Untuk tahun ini, pekan ASI mengangkat tema global, yaitu Understanding the Past, Planning for the Future.
Menurut dokter spesialis anak dari Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo, Rosalina Dewi Roeslani, ASI memiliki kandungan nutrisi yang kaya manfaat untuk bayi. Pemberian ASI bisa menurunkan angka kematian pada bayi, mengurangi risiko penyakit Otitis Media akut (OMA) dan Infeksi Saluran Pernafasan Atas, meningkatkan kecerdasan, dan menurunkan insidensi obesitas. Namun, melalui ASI pula, sejumlah virus bisa ditransmisikan seperti virus HIV, Hepatitis B, dan Hepatitis C.
Karena itu, pemberian donor ASI harus melalui sejumlah skrining dan pasteurisasi di laboratorium. Di Amerika pun, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit tidak merekomendasikan pemberian donor ASI yang tidak melalui skrining. Hal yang sama, kata Rosalina, dilakukan di RSCM.
Dia menjelaskan, saat seorang ibu ingin mendonorkan ASI-nya, maka prosedur yang dilakukan pertama kali adalah skrining melalui lisan dan tulisan. Si ibu akan ditanya tentang riwayat kesehatan secara detail. Skrining tahap pertama ini juga mencakup apakah calon pendonor mendapat transfusi darah dalam 12 bulan terakhir, melakukan transplantasi organ atau jaringan dalam 12 bulan terakhir, mengkonsumsi secara rutin minuman keras lebih dari dua ons atau yang setara dalam 24 jam terakhir, menggunakan dosis besar vitamin dan obat herbal, merokok, menggunakan obat terlarang, dan sejumlah pertanyaan lainnya.
Setelah melalui tahap pertama, pendonor masuk ke tahap kedua, yaitu pemeriksaan serologi (tes darah) untuk HIV-1, HIV-2, HTLV, Hepatitis B, Hepatitis C, dan sifilis. "Bila dinyatakan sehat, maka ibu akan melakukan ASI donor yang kemudian ASI itu akan dipasteurisasi dan dikultur serta disimpan dalam ruang perawatan khusus," kata Rosalina.
Praktek ASI donor ini tidak bertentangan dengan agama, seperti Islam dan Katolik. Namun, hukum anak yang mempunyai ibu sepersusuan yang sama dikemudian hari tidak boleh menikah, maka dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang ASI, ASI donor dilakukan dengan sejumlah syarat agar keluarga penerima mengetahui latar belakang pendonor ASI.
"Sebagaimana dalam Pasal 11 ayat (1) dan (2), pemberian ASI donor dilakukan dengan persyaratan," kata Direktur Bina Gizi Kementerian Kesehatan, Minarto. Persyaratan yang dimaksudnya adalah ASI donor dilakukan atas permintaan ibu kandung atau keluarga bayi yang bersangkutan, identitas, agama, dan alamat pendonor ASI diketahui jelas oleh ibu kandung atau keluarga bayi penerima ASI, persetujuan pendonor ASI setelah mengetahui identitas bayi yang diberi ASI, pendonor dalam kondisi kesehatan yang baik, dan ASI tidak diperjualbelikan.
AMIRULLAH
Berita Lain:
Kue Sus Ini Rasa Es Krim Kecap
Stres Ringan Meningkatkan Risiko Kematian
Binatang Peliharaan Bantu Anak Autis Berkomunikasi
Kurangnya Edukasi Mengurangi Produksi ASI
Pekan ASI Sedunia, Pembatasan Susu For