TEMPO.CO, Jakarta - Ada 70 ribu orang yang direkrut menjadi relawan dalam penyelenggaraan Olimpiade London 2012. Mereka disebut gamemakers, dan tugasnya macam-macam. Sejak penonton tiba di stasiun kereta bawah tanah atau tube, dekat lokasi pertandingan, mereka sudah terlihat. Ada yang menunjukkan arah bagi mereka yang tersesat, mencarikan jadwal sampai sekadar menyapa dan tersenyum.
Di lokasi pertandingan, para gamemakers ini lebih sibuk lagi. Mereka menunjukkan kursi tempat kita duduk sesuai tiket, sampai turun ke arena pertandingan, membereskan ini dan itu setelah satu laga berakhir. Di belakang layar, mereka juga mendampingi delegasi atlet dan ofisial dari negara peserta.
Para relawan pada Olimpiade kali ini, tak hanya warga Inggris. Ada orang Jerman, Australia, bahkan Indonesia. Lenah Susianty misalnya. Perempuan Indonesia ini adalah gamemakers bagian protokol dan bahasa, untuk cabang olahraga bulu tangkis.
Orang ternyata berebut untuk jadi relawan. Total ada 250 ribu orang yang mendaftar, dan 100 ribu lolos seleksi untuk diwawancarai satu per satu. “Proses interviu saja dua kali,” kata Lenah.
Setelah lolos, para relawan harus menjalani tiga kali pelatihan intesif. Waktu pelatihan dari pagi sampai sore, digunakan untuk mempertajam kemampuan kepemimpinan para gamemakers.
Semua proses ini dilalui para relawan dengan gembira. Padahal mereka tidak digaji sama sekali. “Kami hanya dapat makan serta tiket untuk menggunakan semua moda transportasi publik di London gratis selama dua pekan,” katanya. Setiap hari, mereka harus bekerja 6-7 jam.
Heng T Chok, pria asal Malaysia yang menjadi sukarelawan di pertandingan voli pantai, mengaku uang memang bukan motivasi mereka. Kebanyakan merasa senang dan mendapat kehormatan bisa membantu penyelenggaraan kompetisi olahraga terbesar di dunia ini.
VISHNU JUWONO (LONDON)
Berita Terpopuler:
Pintu KPK Digembok, Pengamanan Siaga
KPK: Langkah Polisi Persulit Kami
KPK Siap Layani Tantangan Polisi
Perenang Keturunan Jawa, Idola Baru Belanda
Begini Jaringan Pornografi Anak Itu Terendus
SBY Salahkan Pemberitaan Media Soal Rohingya
Jaringan Pornografi dan Kanibalisme Anak Terkuak
SBY Diminta Tak Minta Maaf pada Korban 1965
Politikus PPP, Golkar, PDIP Minta SBY Turun Tangan
BEC Tero Batal Kontrak Titus Bonai