TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Biro Penerangan Masyarakat Markas Besar Kepolisian RI Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar mengatakan serangkaian aksi teror di Solo disebabkan balas dendam. Kesimpulan ini diperoleh dari surat yang diamankan polisi dari tas pinggang yang dipakai Farhan, 19 tahun, teroris yang tewas dalam penyergapan.
"Terungkap dalam surat itu bahwa mereka balas dendam," kata Boy sebelum Rapat Kerja dengan Komisi Hukum di kompleks parlemen, Senayan, Senin, 3 September 2012.
Boy mengatakan, dalam surat yang ditemukan polisi, para teroris menjelaskan ingin membalas dendam karena kecewa dengan penangkapan beberapa tokoh jaringan mereka. Menurut Boy, dalam jaringan terorisme, balas dendam kepada anggota polisi dilambangkan dengan sandi main bola. "Kalau pengantin itu untuk sandi bom bunuh diri, tapi kalau main bola itu ingin melakukan penyerangan dengan petugas."
Dalam surat itu, Mabes juga menyimpulkan kelompok yang ditangkap berjuang membentuk negara syariah Islam di Indonesia. Namun, Boy belum bisa memastikan apakah kelompok ini terkait dengan kelompok Jamaah Islamiyah. "Kami belum melihat keterlibatan mereka dari peristiwa sebelumnya, tapi di antara mereka memang memiliki keterkaitan emosional yang cukup erat dengan jaringan yang sebelumnya."
Dari pemeriksaan pada sejumlah saksi, kepolisian menyimpulkan rentetan penyerangan di Solo merupakan aksi terencana. Hal ini terlihat dari pemilihan tanggal penyerangan yang dilakukan. Penyerangan tanggal 17 Agustus itu berkaitan dengan peringatan Hari Proklamasi.
Jumat malam lalu, Detasemen Khusus Antiteror 88 menyergap tiga terduga pelaku teror. Penyergapan ini berkaitan dengan rangkaian penyerangan terhadap tiga pos polisi yang menyebabkan tewasnya Ajun Inspektur Dua Dwi Data Subekti. Dalam aksi itu, dua teroris, Farhan dan Mukhsin, 19 tahun, tewas dalam baku tembak di Jalan Veteran, Kelurahan Tipes, Kecamatan Serengan, Solo. Sedangkan Bayu (24) ditangkap di kediaman mertuanya Wiji Siswo Suwito.
Menurut Boy, selain mengamankan surat dari Farhan, polisi juga mengamankan sejumlah senjata, di antaranya tiga buah magasin, hollow point 9 milimeter dan 3 milimeter. Senjata-senjata ini diduga berasal dari Filipina.
IRA GUSLINA SUFA
Berita Terpopuler:
Bandung, Kantong Syiah Terbesar di Indonesia
Kang Jalal pun Diancam Mati
Bagaimana Kronologi Syiah Masuk Sampang?
Rusuh Sampang, Siapa Roisul Hukama?
Indonesia Pemilik Pertama Super Tucano di ASEAN
Kisah Kang Jalal Soal Syiah di Indonesia(Bagian 2)
Berapa Populasi Syiah di Indonesia
Kang Jalal: Konflik Sampang Bukan Soal Keluarga
Cerita Jalaluddin Rakhmat Soal Syiah Indonesia (Bagian I)
Terus Diancam, Syiah, Madura, Tak akan Diam Terus