TEMPO.CO, Jakarta - Aksi polisi menembak mati dua terduga teroris di Solo, Jumat akhir pekan lalu, dikhawatirkan mengundang aksi balas dendam. “Aksi macam itu disebut kisas, dan sangat mungkin karena polisi memang dinilai sebagai musuh oleh kelompok teroris,” kata pengamat masalah terorisme, Noor Huda Ismail, Senin, 3 September 2012.
Noor Huda, yang juga Direktur Yayasan Prasasti Perdamaian, lembaga yang aktif melakukan deradikalisasi teroris—menilai tindakan polisi menembak mati para terduga teroris bisa memicu perlawanan yang lebih besar. “Bagi para ikhwan ini, polisi adalah musuh nyata,” katanya.
Perubahan pola terorisme di Indonesia, dari aksi pengeboman besar menjadi penembakan pos-pos polisi kecil, menurut Noor Huda, disebabkan minimnya logistik mereka. “Aksi pengeboman itu mahal,” katanya.
Karena itu, dia yakin, kelompok teroris yang beraksi di Solo, sepanjang Agustus 2012 lalu, adalah kelompok kecil yang lemah secara logistik. “Lama-kelamaan memang jadi aksi individual,” katanya.
SYAILENDRA
Berita Terpopuler:
Kisah Kang Jalal Soal Syiah Indonesia (Bagian 6)
Andik Vermansyah Pindah Ke Liga Utama Amerika
Transaksi Gendut Para Politikus Senayan
Polisi Tahan Kuasa Hukum John Kei
Panwaslu: Iklan Televisi Jokowi Masuk Pelanggaran
Jarak Tempuh Sepeda Motor Bakal Dibatasi
Doberman Ikut Jaga Hillary Clinton di Jakarta
Scientology Seleksi Calon Istri Tom Cruise
Calo Penerimaan Pegawai Negeri Diungkap
Jangan Katakan Kalimat Ini ke Anak Anda