Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Romansa Pengumpul Barang Bersejarah

Editor

Pruwanto

image-gnews
Anak-anak Morotai bermain di dermaga dengan latar kapal-kapal pesiar yang berlabuh di sepanjang dermaga Haji Imam Lastorl Daruba di Morotai, Maluku Utara, Kamis (13/9). ANTARA/Rosa Panggabean
Anak-anak Morotai bermain di dermaga dengan latar kapal-kapal pesiar yang berlabuh di sepanjang dermaga Haji Imam Lastorl Daruba di Morotai, Maluku Utara, Kamis (13/9). ANTARA/Rosa Panggabean
Iklan

TEMPO.CO , Morotai:Muhlis Eso dan Mahani, keduanya 32 tahun, telah berumah tangga lebih dari setengah umur mereka. Keduanya adalah pengumpul barang-barang sisa peninggalan Perang Dunia II di Morotai. "Kadang kalau panas-panas Muhlis menggali, saya memayunginya dengan daun pisang," kata Mahani di rumah mereka, Jumat 14 September 2012.

Muhlis dan Mahani tinggal di Daruba, Morotai Selatan. Enam anak menyemarakkan rumah mereka yang berlantai tanah, dengan dinding papan dan atap seng bertambal rumbia.

Sepuluh tahun terakhir, Muhlis hanya bekerja mencari barang peninggalan Perang Dunia II. Barang berupa koin, helm tempur, senapan dan aneka rupa peluru, hingga botol-botol cola buatan Auckland bawaan tentara Sekutu dikumpulkan. Bukan untuk dijual tapi sekedar dipamerkan pada siapapun yang mau mengerti dan peduli pada sejarah. Maka asap di dapur Mahani pun tak bisa senantiasa mengepul.

"Kalau tak ada uang ya kita makan pisang," katanya sambil menggendong Sani, anaknya yang nomor empat. Pipi kanan bocah 6 tahun itu bengkak karena sakit gigi.

Mahani bertutur, ia pertama kali mengenal Muhlis saat masih berumur 14 tahun. Saat itu, gadis Mahani yang tinggal bersama bibinya di Tobello baru turun dari kapal di Pelabuhan Daruba. Hendak pulang ke rumah orang tuanya, sekitar 3 kilometer sisi timur pelabuhan, ia menumpang angkot. Kebetulan sopirnya adalah Muhlis. "Itu pertama ketemu, tak lama, kami menikah," ujarnya.

Mahani sepenuhnya mengerti kegemaran aneh suaminya itu. Muhsin berasal dari Joubela, sebuah desa 10 kilometer sebelah barat Daruba. Di desa itulah paling banyak ditemukan peninggalan Perang Dunia II, baik dari Sekutu, maupun Jepang.

Sejak bertemu Mahani, Muhsin telah menunjukkan kecintaannya pada barang-barang bersejarah itu. Saat itupun, "koleksi" Muhsin telah cukup banyak, meski hanya disimpan di kamarnya. "Dia suka karena kakeknya sering cerita tentang sejarah perang."

Setelah menikah, Mahani bahkan kerap menemani suaminya itu berburu artefak. Jarak 10 kilometer dari Daruba ke Joubela mereka tempuh dengan angkutan umum. Bila tak ada duit, jalan kaki pun jadi. Berangkat pagi, tiba tengah hari, petang pulang lagi. Saat-saat itulah romansa di bawah daun pisang terjadi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Semangat Muhsin menggali makin menjadi saat menemukan teman sehati. Enam orang dari kampung halaman turut dalam misi.

Kini, artefak temuan Muhsin dan rekannya telah berjumlah ratusan. Semuanya dipajang di ruang depan rumahnya yang berukuran 2,5 kali 3 meter. Ruang pamer Muhsin ini tak beda dengan ruang lain di rumahnya. Agar tak langsung menyentuh tanah, si empunya rumah mengalasi koleksi peluru dan senapannya dengan karpet plastik.

Punya bejibun koleksi dan kerap menerima tamu dan wisatawan yang tertarik sejarah di rumahnya, Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BPPP) Morotai pun menaruh perhatian pada kerja Muhsin. Setahun terakhir, ia menerima honor sebesar Rp 500 ribu tiap bulan yang dibagi dengan rekan-rekannya. "Tapi sungguh bukan itu yang saya cari," katanya.

Muhsin yang lulusan SMA itu mengaku cukup senang bisa memamerkan koleksi dan berbagi pengetahuan tentang sejarah kampungnya pada siapapun yang peduli. Ia juga meminjamkan beberapa koleksinya untuk Museum Sejarah Perang Dunia II yang dibangun pemerintah.

Atas hidupnya sekarang, ia tak lupa berterima kasih pada Mahani. "Saya tak bisa apa-apa kalau tidak didukungnya," katanya sambil merangkul pinggang sang istri.

PINGIT ARIA

Baca pula:
Keunggulan Braga Festival Tahun Ini

Veteran Perang Dunia II Pangling Lihat Morotai

Jawa Timur Gelar Pesta Rakyat Sebulan Penuh

Christine Hakim dan Sail Morotai

Banyumas Gelar Festival Serayu

Pulau Morotai Akan Dijadikan Cagar Budaya

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


David Beckham Pernah Touring dengan Motor Chopper ala Jokowi

20 Januari 2018

Bintang sepakbola David Beckham tertangkap kamera berjalan-jalan di kota Los Angeles menggunakan sebuah sepeda motor antik berjenis chopper. entertainmentwise.com
David Beckham Pernah Touring dengan Motor Chopper ala Jokowi

Beckham berjalan-jalan menggunakan Harley-Davidson klasik bergaya motor chopper seperti kepunyaan Jokowi.


Setelah Teror Truk, Pelancong yang Masuk Amerika Makin Ribet

1 November 2017

Para turis berjalan-jalan di distrik Tumon di pulau Guam, Wilayah Pasifik A.S., 10 Agustus 2017. Kim Jong Un dalam pernyataannya menyebut akan mengirimkan empat rudal balistik ke Guam. REUTERS/Erik De Castro
Setelah Teror Truk, Pelancong yang Masuk Amerika Makin Ribet

Presiden Donald Trump mengatakan dia telah memerintahkan agar pemeriksaan terhadap pelancong asing yang masuk Amerika Serikat kian diperketat.


Baru Jadian, Pasangan Ini Korban Kecelakaan Roller Coaster  

5 Juni 2015

Proses evakuasi korban terjebak di roller coaster Alton Towers. BBC.co.uk
Baru Jadian, Pasangan Ini Korban Kecelakaan Roller Coaster  

Dua remaja yang mengalami cedera paling parah akibat insiden roller coaster Alton Towers.


Jumpa Saudara Asal Indonesia di Arequipa, Peru

7 Desember 2014

Plaza de Armas Kota Arequipa, Peru, Amerika Latin. (TEMPO/Shinta Maharani)
Jumpa Saudara Asal Indonesia di Arequipa, Peru

Kecantikan kota ini bertambah oleh hadirnya Basilica Catedral de Arequipa.


Cuit Rem dan Perang Klakson di Lima, Peru

6 Desember 2014

Kota Lima, Peru, Amerika Latin merupakan satu di antara World Heritage Site oleh UNESCO. (TEMPO/Shinta Maharani)
Cuit Rem dan Perang Klakson di Lima, Peru

Ada cerita tentang seorang pejabat Kedutaan Besar Indonesia di Lima yang nyaris ditubruk mobil.


Bocah 9 Tahun Berhasil Daki Gunung Aconcagua

28 Desember 2013

Tyler Armstrong, bocah laki-laki berusia 9 tahun dari Amerika Serikat berhasil mendaki gunung Aconcagua, yang merupakan gunung tertinggi di benua Amerika. abcnews.go.com
Bocah 9 Tahun Berhasil Daki Gunung Aconcagua

Telah lebih dari 100 orang meninggal saat berusaha menaklukan Aconcagua.


Lima Tempat Indah Papua Nugini Layak Dikunjungi

16 Agustus 2013

Oro Fjord. Gadling.com
Lima Tempat Indah Papua Nugini Layak Dikunjungi

Lima tempat wisata indah di Papua Nugini yang layak dikunjungi.


Festival Seni Pertunjukan Internasional di Padang

16 Agustus 2013

Ketika Nan Jombang Dance Company tengah berlatih tari di Kota Padang, Sumatera Barat, 30 September 2009, gempa berkekuatan 7,6 SR mengguncang kota itu. Bencana itu  kemudian mendorong Ery Mefri dan para penarinya mengembangkan karya baru berjudul Tarian Malam. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Festival Seni Pertunjukan Internasional di Padang

Sumatera Barat sebagai daerah destinasi membutuhkan seni pertunjukan berlevel internasional.


Festival Toraja Diundur

12 Agustus 2013

Pembukaan festival budaya Lovely December In Toraja 2010 di Makale, Kabupaten Tana Toraja, Sulsel. TEMPO/Hariandi Hafid
Festival Toraja Diundur

Festival Toraja akan digabungkan bersama kegiatan Lovely Desember.


Ribuan Orang Kunjungi Balekambang  

11 Agustus 2013

Sarana outbond Taman Balekambang, Solo. Tempo/Andry Prasetyo
Ribuan Orang Kunjungi Balekambang  

Libur Idhul Fitri dimanfaatkan sebagian masyarakat untuk mengunjungi tempat wisata, di antaranya Taman Balekambang, Solo.