TEMPO.CO, Jakarta - Memanasnya perseteruan antara Cina dan Jepang berdampak buruk pada kegiatan ekonomi dan investasi kedua negara. Menurut Menteri Perindustrian Mohammad Soleman Hidayat, saat ini terbuka peluang bagi Indonesia untuk menggiring investasi lebih besar dari Jepang.
"Jika Jepang mengalihkan pasarnya ke negara Asia lain, tentu Indonesia memiliki peluang paling besar," kata dia usai rapat dengar pendapat dengan Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat, Rabu, 19 September 2012.
Hidayat mengatakan telah berdialog dengan pengusaha dan pemerintah Jepang terkait penutupan pabrik mereka di Cina. Saat ini, kata dia, pemerintah Jepang masih menganalisis dampak dari penutupan pabrik tersebut. "Mereka mengakui bahwa krisis ini tidak bisa pulih dalam waktu dekat," ujarnya.
Sektor otomotif, kata Hidayat, merupakan segmen investasi Jepang yang berpeluang untuk dipindahkan ke Indonesia. Ia mencontohkan, satu yang telah terwujud yakni pembangunan pusat penelitian milik Daihatsu Motor Corp. "Proyek itu akan terwujud pada 2013," katanya.
Tiga produsen mobil asal Jepang, Nissan Motor Co, Honda Motor Co, dan Mazda Motor Corp menghentikan produksi di Cina pada Selasa, 18 September 2012. Tindakan ini dilakukan setelah demonstrasi anti-Jepang merebak di Beijing dan beberapa kota lain. Konflik ini dipicu perebutan pulau di Laut Cina Timur.
Wakil Sekretaris Umum China Automobile Dealers Association, Luo Wei, mengatakan banyak dealer mobil yang tutup lantaran takut diserang. Kini, warga Cina memboikot barang-barang buatan Jepang, terutama kendaraan bermotor. Akibatnya, pengusaha otomotif menderita kerugian paling besar sejak sepuluh tahun terakhir.
SYAILENDRA | FERY FIRMANSYAH
Berita lain:
Produser Film Anti Islam Juga Tipu Aktivis Kristen
Kereta Emas Ratu Belanda Dikecam
Intel AS Sudah Tahu Kedutaan Mereka Akan Diserang
Pengadilan Prancis Selidiki Kasus Foto Kate
Surat Lobi Pangeran Charles Akan Dibuka Untuk Umum
Tahun 2030 AS Jadi Negeri Kaum Obesitas