TEMPO.CO, Jakarta - Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 60/M-Dag/Per/2012 yang mengatur ketentuan impor hortikultura telah berlaku sejak 28 September 2012 lalu. Di mata para importir, peraturan itu ternyata bisa membebani mereka. "Ada biaya-biaya tambahan yang muncul sebagai konsekuensi peraturan baru tersebut," kata Benny Kusbini, pengimpor bawang putih, saat dihubungi, Kamis, 11 Oktober 2012.
Biaya tambahan yang mungkin muncul, menurut Benny, di antaranya adalah biaya verifikasi, pengurusan izin, dan pemasangan label. Selain itu, diperlukannya rekomendasi dari Kementerian Pertanian dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan juga dinilai memperpanjang rantai birokrasi. "Pengurusannya tidak bisa satu atap," ujar pria yang juga Ketua Dewan Hortikultura Nasional dan pengekspor berbagai jenis sayuran itu.
Dikonfirmasi mengenai hal ini, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Deddy Saleh, menyatakan: "Biaya yang harus ditanggung itu memang risiko dari suatu aturan."
Hanya saja, ia meminta hal itu dipandang positif. Adanya biaya tambahan yang berdampak pada dinaikkannya harga jual produk impor akan meningkatkan daya saing produk lokal. "Ini salah satu upaya kami melindungi produk buah dan sayur lokal," ujarnya.
Saat ini, dari 119 permohonan yang masuk ke Kementerian Perdagangan, telah ada 77 perusahaan yang mengantongi izin impor. Sebanyak tujuh perusahaan sedang diverifikasi, delapan perusahaan izinnya dalam proses terbit, sementara 27 perusahaan lainnya ditolak karena tidak memenuhi persyaratan.
Impor produk hortikultura harus diatur, sebab, saat ini neraca perdagangan produk hortikultura Indonesia masih mengalami defisit. Selisihnya pun besar. Tahun lalu, nilai impor hortikultura Indonesia mencapai US $ 1,2 miliar, sementara ekspornya "hanya" US $ 400 juta. "Enggak mungkin berkurang drastis. Tapi, setidaknya kita harus buat selisihnya berkurang," kata Deddy.
PINGIT ARIA
Berita lain:
BEI Akan Selidiki Kabar Penjualan Saham Bumi
Tak Taati Aturan Asuransi, Lima Maskapai Ditegur
Maersk Line Perluas Produk ke Indonesia
Brunei Minat Investasi di Kalimantan dan Papua
Medco Eksplorasi Panas Bumi di Gunung Ijen