TEMPO.CO, Wina -- Sebelum menjadi korban perdagangan manusia di Malaysia, Memey sempat bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Singapura. Nasibnya juga sial. Ia tak menerima penghasilannya sebagai pembantu rumah tangga.
Seusai memberikan testimoni di hadapan delegasi negara-negara pihak Konvensi PBB Anti-Kejahatan Terorganisasi Lintas Negara, Memey membuka kisah pilunya. "Saya bekerja pertama kali sebagai pembantu rumah tangga di Singapura," ujar Memey kepada Tempo di Markas PBB Wina, Austria, Rabu, 17 Oktober 2012 lalu. Lihat: TKI Korban Trafficking Bersaksi di PBB.
Keberangkatan Memey bekerja di luar negeri didorong oleh keadaan ekonomi keluarganya yang sulit. Sebab, penghasilan orang tua Memey sebagai buruh tani tidak cukup untuk membiayai hidup anak-anaknya. "Saya dijanjikan bisa menerima gaji lebih dari Rp 2 juta setiap bulannya," kata perempuan kelahiran Temanggung, 17 Juli 1984, itu.
Dari perkenalannya dengan seorang pedagang ikan asin di Pasar Secang, Magelang, Memey tergiur ajakan bekerja di luar negeri. Melalui seorang penyalur tenaga kerja, pada 2001, Memey berhasil berangkat ke Singapura ketika masih berusia 17 tahun.
Sebelum ke Singapura, Memey sempat menghuni tempat penampungan di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, selama satu bulan. "Paspor dan segala keperluan diurus agen di sana," kata Memey.
Di negeri Singa itu, Memey bekerja selama 1,5 tahun. Ia sempat tiga kali berganti majikan. Tapi, ironisnya, Memey tak pernah mengantongi hasil kerjanya. "Saya tidak terima bulanan," ujarnya. "Saya juga tidak tahu apakah majikan bayar langsung ke agen."
Tak kuat dengan kondisi itu, Memey akhirnya memutuskan pulang. "Ketika pulang, saya cuma dikasih Rp 500 ribu dari agensi," ujar Memey.
Pada 2004, Memey menikah dengan seorang karyawan hotel di Surabaya. Setahun setelah menikah, ia melahirkan putra pertamanya.
Bagaimana Memey bisa terjerembap ke tangan komplotan perdagangan manusia? Ikuti di "Tawaran Kilat yang Menggiurkan".
TITO SIANIPAR (Wina)
Sebelumnya:
Kisah Memey 1: Korban Trafficking Tampil di PBB
Selanjutnya:
Kisah Memey 3: Tawaran Kilat nan Menggiurkan
Kisah Memey 4: Saya Dijual Setelah Didandani
Kisah Memey 5: Polisi dan Pelanggan Baik Hati
Kisah Memey 6: Telepon Seluler yang Membebaskan
Kisah Memey 7: Hidup Baru dengan HIV