TEMPO.CO , Kebumen: Pemerintah Kabupaten Kebumen dan petani di daerah itu mulai membudidayakan burung hantu untuk mengatasi hama tikus di sawah milik petani. Dalam sebuah uji coba gropyokan tikus, puluhan burung hantu mampu menangkap hingga 5.200 tikus.
“Berbagai cara sedang dilakukan untuk nantinya diterapkan kepada petani. Menggunakan burung hantu kami pandang sangat efektif dan ramah lingkungan,” kata Kepala Dinas Pertanian Kebumen, Pudjirahayu, Jumat, 16 November 2012.
Ia mengatakan, sebelumnya petani lebih suka menggunakan racun tikus dan gropyokan massal untuk membasmi tikus yang sering memakan padi milik petani. Menurut dia, burung hantu merupakan predator andal saat menangkap tikus. Satu ekor burung hantu mampu menangkap 6-8 ekor tikus per hari.
Ia menambahkan, sepasang tikus bisa beranak hingga 2.000 ekor setiap tahunnya. Dengan predator alami, perkembangan tikus diharapkan bisa ditekan. “Uji coba sudah dilakukan di Kecamatan Karanganyar dan hasilnya cukup memuaskan,” katanya.
Dinas, kata dia, sudah memberikan pelatihan penggunaan burung hantu untuk menangkap tikus. Pelatih pada Penangkaran Burung Hantu dari Desa Tlogoweru, Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak juga sudah dihadirkan untuk melatih para petani memelihara burung hantu.
Agar pengembangbiakan berjalan mulus, Dinas sudah membuat percontohan rumah-rumah burung hantu (rubuha) di setiap Balai Penyuluh Pertanian di 26 Kecamatan. “Pembuatan rubuha diharapkan bisa ditiru oleh para petani, untuk membuat rubuha-rubuha di lahan miliknya,” katanya.
Menurut dia, hasil penelitian di Desa Tlogoweru, Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak menunjukkan kerusakan padi oleh tikus yang mencapai 60 persen bisa ditekan hingga hanya 1,2 persen saja. Dengan kata lain, dia mengatakan burung hantu telah mengurangi tingkat kerusakan tanaman hingga 57,8 persen.
Ketua Kelompok Tani Ternak Kebumen, Saodi Agam Setiawan mengatakan, selain sebagai predator alami, burung hantu juga diharapkan bisa mengurangi ketergantungan petani terhadap bahan kimia. “Tren sekarang semua kan pertanian organik, burung hantu menjadi salah satu solusi terbaik agar petani bisa mengurangi bahan kimia,” katanya.
Menurut dia, pembiakan burung jenis ini tak terlalu sulit. Petani dengan mudah memelihara dan melatih burung untuk keperluan memangsa tikus.
ARIS ANDRIANTO
Berita lain:
Pejabat Sekretariat Akui Pernah Usir Anggota KPU
Polda Lampung Tangkap Empat Imigran Rohingya
Kisah Ola 11: Urutan Waktu Sang 'Drug Trafficker'
PPP Dukung Interpelasi Kasus Hambalang