TEMPO.CO , Jakarta:Kepala Badan Penanggulanan Bencana Daerah Arfan Arkilie mengatakan titik rawan banjir di Jakarta berkurang. "Dari 78 titik rawan banjir, setelah dibangun Kanal Banjir Timur (KBT) berkurang menjadi 62, " ujarnya di kompleks Balai Kota, Selasa, 20 November 2012.
Titik rawan banjir tersebut termasuk aliran Kali Ciliwung, yaitu, Kampung Melayu, Bidara Cina, Bukit Duri, Rawajati, dan Kapuk Muara.
Setelah ada pembangunan infrastruktur tersebut telah menyelamatkan sekitar 3 juta orang. Arfan mengatakan, revitalisasi dan normalisasi sungai di Jakarta, tentu semakin mengurangi titik rawan banjir.
"Aliran sungai dari Bogor nanti disatukan di sebuah saluran Kanal Banjir Barat atau Kanal Banjir Timur, " kata Irfan. "Jadi nanti debit air sungai-sungai tersebut berkurang karena akan terbagi ke KBT atau KBB."
Ia mengungkapkan, selain infrastruktur, antisipasi banjir harus dilakukan dengan cara pendalaman dan pembersihan kali. "Kalau nggak dibersihkan nanti dangkal lagi, debit air berkurang lagi, ya meluap lagi, " ujarnya.
Arfan menjelaskan, bantaran kali harusnya tidak dibangun permukiman. "Itu salahnya sendiri, mereka kan pendatang, tahu-tahu mendirikan rumah di sana, itu kan tanah negara, tapi kami juga salah karena membiarkan," kata Arfan.
Irfan menyarankan ada penataan lingkungan berupa pendalaman kali yang lebarnya seharusnya 30 meter jadi 20 meter. "Tapi diperdalam, jadi debit airnya bisa banyak," Arfan menjelaskan.
Arfan menjelaskan upaya-upaya mengatasi banjir hanya bisa mengurangi, tidak bisa menghilangkan banjir dari Jakarta. "Jakarta sudah banjir dari tahun 1600-an," kata Arfan.
Arfan meminta masyarakat tidak membuang sampah sembarangan dan tidak membuat permukiman di bantaran kali.
TRI ARTINING PUTRI
Berita Terpopuler
Demo Organda, Jokowi Didesak Cabut Raperda
Lama Menghilang, Pria Ini Tinggal Kerangka
Injak Kulit Pisang, Anak 5 Tahun Tewas di Ciliwung
Hujan di Bogor, Jakarta Waspadai Banjir Kiriman
Kopaja Langka di Lebak Bulus, Penumpang Bingung
Ratusan Angkot Jakarta Demo Tolak Minibus