TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Lana Soelistianingsih, mengatakan naiknya nilai kekayaan 40 miliarder tersugih di Indonesia tak memberi kontribusi besar pada pembangunan. Sebab, tak ada kenaikan penerimaan yang signifikan.
"Biasanya, orang-orang itu mampu mengelabui aparat dan kekayaannya tak berada di Indonesia," kata dia kepada Tempo, Jumat, 30 November 2012.
Seperti diberitakan sebelumnya, majalah ekonomi Forbes merilis daftar 40 orang terkaya Indonesia 2012. Tahun ini tingginya konsumsi kelompok kelas menengah membantu meningkatkan jumlah kekayaan para miliarder itu. Secara kolektif, nilai aset orang terkaya Indonesia 2012 mencapai US$ 88,6 miliar atau Rp 859 triliun, naik 4 persen dibandingkan 2011.
Lana mengatakan, kenaikan kekayaan kaum jetset itu semestinya mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan seluruh masyarakat di masa mendatang. Namun, kata dia, yang terjadi justru sebaliknya. Orang-orang kaya menguasai kue pembangunan hingga 85 persen dan sisanya diperebutkan masyarakat umum.
Hal ini menimbulkan disparitas pendapatan yang semakin tinggi. "Semakin besar disparitas, kesejahteraan penduduk tidak merata," ujarnya.
Agar potensi ini bisa bermanfaat, Lana mendorong pemerintah untuk memaksimalkan pajak dari orang-orang terkaya, baik secara korporasi maupun individu. Khusus untuk korporasi, pemerintah juga wajib mengaudit kontribusi tanggung jawab sosial (corporate social responsibility/ CSR) agar tak salah sasaran dan menjadi modus manipulasi.
AYU PRIMA SANDI
Berita terpopuler lainnya:
Bakrie Tak Masuk 40 Besar Orang Terkaya Forbes
Anak Taipan Terkaya Indonesia Investasi di Internet
UMK Mahal, 1.000 Buruh Mebel Surabaya akan Di-PHK
Paceklik, Bulog Akan Impor 700 Ton Beras
IHSG Dibuka Menguat, Ikuti Kenaikan Regional
Menteri Tifatul Berpantun, Sebut Mari Pangestu