TEMPO.CO, Jakarta - Pekan lalu, Kate Middleton menggegerkan Inggris karena masuk rumah sakit. Kondisinya menurun saat hamil muda, atau yang dikenal dengan morning sickness. Kasus morning sickness ini menjadi perhatian karena istri Pangeran William itu empat hari dirawat di rumah sakit.
Menurut hasil penelitian terbaru, morning sickness atau hyperemesis gravidarum mempengaruhi sekitar satu persen dari total jumlah wanita hamil. Kondisi ini umumnya terjadi pada awal kehamilan hingga usia kehamilan enam bulan. Menurut National Institutes of Health, biasanya, morning sickness ini tidak menyebabkan komplikasi serius pada ibu dan anak.
Meski demikian, kondisi tersebut bisa menyebabkan terjadinya malnutrisi dan dehidrasi, serta dikaitkan dengan beberapa kondisi kesehatan lainnya. Berikut ini tiga risiko kesehatan yang terkait dengan morning sickness berat, seperti dikutip situs LiveScience edisi 6 Desember 2012.
1. Preterm birth
Sebuah penelitian terhadap lebih dari 81 ribu wanita menemukan bahwa mereka yang mengalami mual dan muntah selama kehamilan, yang mengganggu kehidupan mereka, 23 persen lebih cenderung untuk melahirkan bayi sebelum usia kehamilan mencapai 34 minggu. Alasan atas terjadinya hal tersebut belum dijelaskan dalam penelitian itu, tetapi, kata para ilmuwan, kekurangan nutrisi dan terlalu kecilnya berat bayi kemungkinan berkontribusi pada risiko tersebut. Hasil penelitian itu dipresentasikan tahun ini di acara pertemuan tahunan Society for Maternal-Fetal Medicine yang digelar di Dallas.
2. Risiko gangguan psikologis anak-anak
Sebuah penelitian yang dipublikasikan tahun lalu menemukan bahwa anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang mengalami morning sickness ternyata 3,5 kali lebih cenderung mempunyai masalah emosional. Seperti kecemasan, depresi, maupun bipolar disorder. Ini terjadi ketika mereka tumbuh dewasa dibandingkan anak-anak yang ibunya tidak mengalami gangguan saat hamil.
Para ibu dalam studi ini kehilangan sekitar lima persen berat tubuhnya ketika mereka mengalami morning sickness. Para ilmuwan berspekulasi bahwa stres dan kecemasan selama kehamilan, serta malnutrisi, kemungkinan mempengaruhi otak janin dalam perkembangannya. Selain itu, wanita dengan kondisi tersebut kemungkinan mengalami masalah psikologis atau fisik setelah melahirkan. Ini menghalangi kemampuan mereka untuk memiliki hubungan yang kuat dengan anak-anak mereka.
3. Gangguan otak
Seorang wanita berusia 25 tahun yang tengah hamil di India mengalami kondisi otak yang disebut Wernicke's encephalopathy, setelah tiga bulan muntah-muntah dan kehilangan berat badan. Demikian diungkapkan laporan pada Mei lalu di Journal of the Association of Physcian of India. Wanita ini juga kehilangan penglihatan dan ada masalah dengan keseimbangan serta kemampuan berjalan.
Menurut peneliti National Institutes of Health, hasil scan otaknya menunjukkan bahwa perubahan tersebut bersifat tetap, yang disebabkan oleh defisit vitamin B1 (Thiamin).
LIVESCIENCE | ARBA'IYAH SATRIANI
Berita Lainnya:
Ditemukan Daging Sapi ''Jadi-jadian'' di Kebayoran
Kenapa Pembatasan Warna Kendaraan Lebih Sulit?
Ini Alternatif Selain Pembatasan Genap Ganjil
Hari HAM, Waria Minta Pekerjaan ke SBY
Subadri Akui Kemenangan Zaki
Ini Alternatif Selain Pembatasan Genap-Ganjil