TEMPO.CO, Jakarta -- Ketua Komisi Energi Sutan Bhatoegana akhirnya menyampaikan sedikit laporan mengenai studi banding ke Brasil dalam rangka pembahasan Rancangan Undang-Undang Keantariksaan. Sutan mengaku mendapat banyak pelajaran penting setelah berkunjung ke Brasil.
"Saya baru tahu lokasi peluncuran roket terbaik itu di daerah tropis, setelah ke Brasil," kata Sutan di kompleks parlemen, Senayan, Selasa, 18 Desember 2012. Dia menyatakan RUU Keantariksaan sudah ada pada Program Legislasi Nasional sehingga mendesak untuk segera dibahas. "Tetapi RUU ini kami sendiri awam," kata dia.
Selain mengetahui lokasi peluncuran roket terbaik, Sutan menyatakan, di Brasil ternyata bisa melihat hutan yang ditebang lewat satelit. Sutan menyatakan, Indonesia memiliki potensi keantariksaan, tetapi belum dimaksimalkan sehingga perlu dibuatkan undang-undang. "Supaya kita menguasai ilmu keantariksaan," kata dia.
Dia menyatakan, jangan sampai potensi antariksa dimanfaatkan oleh swasta sehingga harganya menjadi mahal. Menurut dia, antariksa harus diatur oleh pemerintah. Negara maju, Sutan mengatakan, adalah negara yang menguasai antariksa. "Ini teknologi canggih, jangan sampai dikuasai swasta," kata dia.
Saat ditanya, apakah hal mendasar seperti itu tidak bisa dipelajari lewat Iinternet, Sutan menampiknya. "Kau juga tidak perlu ketemu aku, kan bisa lewat Internet," kata dia. Dia enggan berkomentar saat didesak lebih jauh soal hasil spesifik yang didapat setelah berkunjung ke Brasil.
Kunjungan ke Brasil ini mendapat sorotan karena dianggap terlalu jauh dan tak relevan. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional mengusulkan Komisi Energi studi banding ke India karena situasinya lebih mirip dengan Indonesia.
Beberapa lokasi yang dikunjungi oleh DPR adalah parlemen Brasil, Brazilian Space Agency, National Institute for Space Research, Brazil General Command for Aerospace, dan museum tentang antariksa di Brasil. DPR berangkat pada 10 Desember 2012 dan kembali ke Indonesia pada 16 Desember 2012.
WAYAN AGUS PURNOMO
