TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 30 kepala keluarga atau sekitar 150 warga korban banjir Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, akan direlokasi ke fasilitas rumah susun sewa (rusunawa) Marunda, Jakarta Utara, Rabu siang, 23 Januari 2013. Sebelum evakuasi berlangsung, pengelola rusunawa telah menyiapkan segala fasilitas yang dibutuhkan korban banjir.
"Kami sedang menyiapkan peralatan dan alat transportasi korban banjir ke rusunawa Marunda," kata Kepala Unit Pengelola Teknis Rumah Susun Wilayah 1 Jakarta Utara, Kusnindar.
Proses relokasi ini terjadi setelah adanya penawaran dari Wakil Gubernur Basuki Tjahja Purnama. Tawaran yang ditujukan ke warga Blok Kometa, Pluit, itu langsung mendapat tanggapan positif. Penduduk menyatakan siap untuk pindah. "Karena memang ini langkah pemerintah untuk membantu penduduk," kata Kusnindar.
Kesanggupan masyarakat untuk pindah, Kusnindar mengatakan, tidak menutup kemungkinan akan diikuti penduduk lain di sekitar Pluit. Sampai saat ini masih ada penghuni Pluit yang enggan pindah ke rusunawa. "Tapi masih banyak yang memerlukan fasilitas layak milik pemerintah itu."
Korban banjir di tempat lain, seperti Blok Pulau Gebang dan Pinus Elok, Jakarta Timur, telah menyatakan keinginan untuk pindah ke rusunawa Marunda. Namun, Kusnindar belum mengabulkan permintaan itu. Alasannya, "Kami prioritaskan dulu yang wilayah utara, sebab itu intruksi langsung Pak Wagub."
Kata Kusnindar, banyak keunggulan yang bisa penduduk dapatkan bila pindah ke rusun. Misalnya, harga terjangkau dan fasilitas yang layak. Khusus korban banjir kali ini pemerintah Jakarta Utara telah menyiapkan dapur umum. "Pokoknya apa pun yang korban banjir inginkan, kami siap fasilitasi," ujarnya.
Hingga kini ketinggian banjir di wilayah Pluit dan sekitarnya masih berkisar 1 meter. Berdasarkan pantauan Tempo, air di beberapa titik sudah mengalami penyusutan. Namun, di lokasi lain, seperti Pantai Mutiara dan Mega Mall Pluit, ketinggian air tetap di atas 1 meter. Masyarakat pun terpaksa dievakuasi ke tenda pengungsian dan halte busway. Bahkan, banyak korban banjir yang memilih bertahan di lantai dua rumah mereka.
JAYADI SUPRIADIN