TEMPO.CO, Jakarta - Musibah banjir rutinan yang kerap melanda kampung Pulo, Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, cukup meresahkan warga. Pengamat tata kota Universitas Trisakti, Nirwono Yoga, menyatakan musibah tersebut bisa ditanggulangi dengan menerapkan sejumlah terobosan sederhana.
"Enggak usah proyek jumbo seperti deep tunnel, terowongan raksasa, atau lainnya, ini cukup sederhana," ujarnya Jumat, 1 Februari 2013.
Banjir kampung Pulo disebabkan sedimentasi serta menyempitnya lebar Sungai Ciliwung, sedangkan pemukiman terus merangsek mendekati hulu sungai. Ada lima masukan yang disampaikan pengajar tata kota Universitas Trisakti ini. "Sedikitnya lima poin, tapi itu penting sekali untuk diperhatikan," ujarnya.
Pertama, pembenahan tata ruang Sungai Ciliwung mulai hulu hingga hilir yang berada di kawasan Jakarta. "Selama belum ada pembenahan, maka banjir bakal terus terjadi," kata dia.
Kedua, lakukan normalisasi Sungai Ciliwung dengan tingkat kelebaran 70-100 meter dan kedalaman minimal 10 meter sehingga mampu mengalirkan dengan lancar saat banjir kiriman datang. "Sekarang paling lebarnya 20-30 meter saja," ujarnya.
Ketiga, revitalisasi seluruh waduk di Jakarta yang mampu menampung seluruh banjir kiriman yang datang.
Keempat, perbaikan seluruh drainase yang berada di pemukiman dan fasilitas publik lainnya. "Saat ini keberadaannya sudah sangat mengkahawatirkan," ujarnya.
Kelima, penambahan ruang terbuka hijau (RTH) yang ditujukan sebagai daerah resapan air. Saat ini, keberadaan RTH terus menyusut, seiring bertambahnya area pemukiman penduduk. "Lakukan pemindahan jika ada pemukiman di lahan RTH," kata dia.
Ia menilai rencana pemerintah DKI menggulirkan sejumlah proyek raksasa untuk mengatasi banjir sebaiknya dilakukan setelah kelima hal di atas dilakukan saat ini. "Yang paling diperlukan ya normalisasi, penataan tata ruang, dan RTH tadi," kata dia.
Pekan lalu sekitar 1.500 warga kampung Pulo, Jakarta Timur, kembali terendam banjir setinggi hampir 1 meter. Banjir kali ini tidak sampai membuat warga mengungsi. Mereka tetap bertahan di rumahnya masing-masing.
JAYADI SUPRIADIN
Berita Terpopuler Lainnya:
Detik-detik Terakhir Praja IPDN Masih Ditertawakan
Yusuf Supendi: Konspirasi Suap Daging, PKS Mabuk
Anis Matta: PKS Ibarat Logo Nike
Spanduk Sapi, Anis Matta: Kami Bukan Makhluk Suci
Habibie: Pindah = Soeharto Keluar dari Cendana