TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik menyatakan perekonomian Indonesia tahun lalu hanya tumbuh 6,23 persen atau meleset dari target yang ditetapkan pemerintah sebesar 6,3 persen. Kepala BPS Suryamin menyatakan perlambatan pertumbuhan disebabkan gejolak ekonomi global yang menyebabkan neraca perdagangan sepanjang tahun mengalami defisit. "Ekspor migas terus menurun, sedangkan impornya meningkat. Pengeluaran konsumsi pemerintah juga menurun," kata Suryamin, dalam keterangannya kepada wartawan tentang produk domestik bruto 2012 di kantor BPS, Jakarta, Selasa, 5 Februari 2013.
Suryamin menyatakan produk domestik bruto Indonesia pada 2012 atas dasar harga berlaku mencapai Rp 8.241,9 triliun. Sedangkan atas dasar harga konstan (tahun 2000) mencapai Rp 2.618,1 triliun. Pertumbuhan tertinggi terjadi di tiga sektor, yakni pengangkutan dan komunikasi sebesar 9,98 persen, perdagangan hotel dan restoran 8,11 persen, dan kontruksi 7,50 persen. "Terkecil di sektor pertambangan dan penggalian hanya 1,49 persen," katanya.
Sedangkan struktur PDB menurut penggunaan, konsumsi rumah tangga yaitu 5,28 persen. Adapun konsumsi pemerintah 1,25 persen, pembentukan modal tetap bruto 9,81 persen, ekspor 2,01 persen, dan impor 6,65 persen. "Pada 2011 konsumsi pemerintah 3,20 persen. Penyebabnya, belanja barang dan belanja pegawai turun. Tapi ini bagus karena terlihat adanya efisiensi," katanya.
Meskipun pertumbuhan Indonesia tidak mencapai target, Suhariyanto menyatakan Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia setelah Cina yang tumbuh 7,6 persen. "Memang tidak memenuhi target. Tapi di tengah krisis ini sudah bagus ada di posisi dua," katanya.
Jika krisis global berlanjut dan neraca perdagangan mengalami defisit pada 2013, Suhariyanto memastikan Indonesia akan sulit untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 6,5 persen hingga 6,8 persen. "Kecuali kalau investasinya dapat mengkompensasi. Kuncinya harus mencari pasar di negara lain dan memperkuat pasar dalam negeri. Terutama produk lokal yang unik dan diminati," katanya.
ANGGA SUKMA WIJAYA
Berita Terpopuler
Menkeu Tak Bisa Konfirmasi Pajak Keluarga SBY
Batavia Pailit, Agen Travel Akan Mengadu ke DPR
Pelanggan XL Kini Bisa Kirim Uang dari Luar Negeri
Temasek Akuisisi Saham Hypermart
Dow Jones Lengser dari Level 14 Ribu
Bursa Rawan Aksi Ambil Untung
Direktur BPH Migas Tarik Pernyataan Soal Pertamina
Rupiah Terimbas Sentimen Positif
Evaluasi Importir Daging Diminta Terbuka
Usul Jokowi Soal Dua Ruas Tol Diapresiasi