TEMPO.CO, Jakarta - Bachruddin Jusuf Habibie yang kala itu menjadi Menteri Riset dan Teknologi akhirnya berhasil melobi negara-negara yang memperebutkan kapal perang bekas Jerman Timur, yang masuk kandang pada 1994. Pemerintah RI diperkenankan membeli kapal bekas dengan suku cadang lima tahun serta semua pelurunya dengan harga 25 juta deutsch mark atau sekitar US$ 12,5 juta.
"Setelah itu, saya menyerahkan urusan itu ke Departemen Hankam untuk meneruskan pengadaan kapal," kata Habibie ketika menerima penghargaan Medali Emas Kemerdekaan Pers di Manado, Sulawesi Utara, Jumat malam, 8 Februari 2013.
Habibie kembali melanjutkan pekerjaan utamanya mempersiapkan pesawat nasional N250 bernama Gatotkaca. Selanjutnya, kata Habibie, Jenderal Faisal Tanjung kala itu sebagai Panglima ABRI melanjutkan negosiasi dan berhasil menawar harga menjadi 20 juta deutsch mark dari harga 25 DM.
"Setelah itu, saya mendapatkan tugas bernegosiasi dengan pemerintah Jepang soal soft loans," kata Habibie, yang kala itu menggunakan pesawat pribadi untuk pergi ke Jepang.
Cover story majalah Tempo 7 Juni 1994 mengkritik pembelian 39 kapal perang bekas dari Jerman Timur. Pemberitaan berfokus pada harga pembelian yang diperdebatkan oleh Menteri Riset dan Teknologi B.J. Habibie dan Menteri Keuangan Marie Muhammad. Utamanya, besaran harga dari US$ 12,7 juta menjadi US$ 1,1 miliar. Sepekan sebelumnya, majalah Tempo mengungkapkan pembengkakan harga kapal bekas sebesar 62 kali lipat.
Pada 9 Juni 1994, dua hari setelah pemberitaan tersebut, ketika meresmikan pembangunan Pangkalan Utama Angkatan Laut di Teluk Ratai, Lampung, Soeharto marah besar. Dia memerintahkan supaya menindak tegas media yang “mengadu domba”. Dari sinilah, Menteri Penerangan Harmoko memberedel tiga media: majalah Tempo, tabloid DeTik, dan majalah Editor.
ALIA FATHIYAH
Berita Lain:
Habibie Buka Suara Soal Pembredelan Majalah Tempo
Akbar Tanjung Sindir SBY dalam Rapat Golkar
Hilmi Sempat Tak Mau Jadi Ketua Majelis Syuro PKS
Kubu Pragmatis Dinilai Picu Demoralisasi Kader PKS