TEMPO.CO, Yogyakarta - Sebanyak 50 jurnalis di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akan dilatih melakukan liputan yang aman pada saat terjadi bencana alam. "Jangan sampai mencari berita, justru menjadi korban," kata W.S. Pamungkas, Ketua Pewarta Foto Indonesia (PFI) Yogyakarta, Kamis, 14 Februari 2013.
Contohnya, pada saat erupsi Gunung Merapi pada 2010, seorang jurnalis televisi tewas diterjang awan panas saat ikut berusaha menyelamatkan juru kunci Merapi, Mbah Maridjan. Pelatihan yang merupakan kerja sama PFI, SAR DIY, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY akan berlangsung di kompleks Yayasan Konservasi Alam Yogyakarta di Kulon Progo, Sabtu, 16 Februari, hingga Minggu, 17 Februari 2013. "Dengan pelatihan ini diharapkan jurnalis dapat melakukan tindakan preventif untuk mengurangi risiko saat melakukan peliputan," ujar Pamungkas.
Baca Juga:
Dia menjelaskan, di kawasan Yogyakarta, sering terjadi bencana alam, mulai dari erupsi rutin Gunung Merapi, banjir lahar dingin, gempa bumi, angin puting beliung, hingga longsor. “Sebagai jurnalis, otomatis mau tidak mau selalu berdekatan dengan bencana itu,” katanya.
Tapi kebanyakan perusahaan media massa tidak ada yang membekali awak jurnalisnya dengan pengetahuan kebencanaan. “Termasuk soal pengetahuan meliput di daerah bencana,” katanya. Jurnalis seolah ditakdirkan sebagai manusia super yang bisa terjun di segala medan dan waktu.
Menurut Komandan SAR DIY, Brotoseno, jurnalis juga diberi materi, baik teori maupun praktek penyelamatan. “Juga mekanisme untuk memperoleh data akibat bencana alam yang valid dan cepat di BPBD DIY,” katanya.
MUH SYAIFULLAH
Berita Terpopuler Lainnya:
Demokrat Daerah Mulai Tinggalkan Anas
Ini Dialog Terakhir Annisa Azwar dan Sopir Angkot
SBY Komentari Pembocor 'Sprindik' Anas
Cabut Paraf, Pandu Terancam Sidang Etik
Kata Farhat Abbas Soal Anas Urbaningrum