TEMPO.CO, Jakarta - Ada banyak cerita di Jalan Teluk Semangka, Duren Sawit, Jakarta Timur, pada Jumat malam, 22 Februari 2013. Sejak Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi proyek pembangunan sarana olahraga di bukit Hambalang, Bogor, Jawa Barat, ratusan orang datang satu persatu ke kediaman Anas.
19.45 WIB Kuasa Hukum Anas, Firman Wijaya, jadi orang yang pertama datang. Mengenakan kemeja putih, dia langsung diburu belasan wartawan yang sudah menunggu. Firman menuding ada pihak yang sengaja mempengaruhi penetapan tersangka kliennya. "Saya merasa ada proses yang tak normal dalam perjalanan kasus ini," kata dia.
20.00 WIB, Anggota Divisi Pembinaan Organisasi Dewan Pimpinan Pusat Demokrat Syamsul Bahara menyusul. Ditanya soal Anas, dia enggan menjawab. Tapi, justru dia bertanya balik. "Andi Mallarangeng juga mundur, kan?" kata Syamsul merujuk kepada bekas Menteri Pemuda dan Olahraga.
20.30 WIB Makmun Murod, Pengurus DPP Demokrat datang menyetir Toyota Avanza hitam B-1237-FFK dan memarkirkan mobilnya di samping rumah Anas. Dia mengkritik banyaknya kader Demokrat yang meminta Anas mundur. "Itu tidak etis. Semestinya bersedih. Saat ini Anas masih Ketua Umum," ujar Makmun.
21.00 WIB Kader Golongan Karya Yoyo Wahab, mendadak datang. Dia mengaku sebagai teman Anas. Ia datang karena membalas budi Anas yang pernah menengok anaknya ketika sakit.
Tiga jam kemudian, Yoyo keluar dari rumah Anas. "Kondisi Anas sehat, dan tenang. Kami menonton acara musik televisi di dalam, di ruang keluarga," ujar dia.
21.30 WIB Wakil Direktur Eksekutif DPP Demokrat M. Rahman datang. Secara lantang, dia menyatakan akan mengundurkan diri. Alasannya, dia loyal kepada Anas yang jadi seniornya di partai. "Saya sudah menyiapkan surat pengunduran diri. Ini bentuk dukungan," ujar dia.
22.00 WIB Metromini 75 yang sedang melintas di depan rumah Anas tiba-tiba mogok. Ketika dicoba dihidupkan dengan cara didorong, dari mesin malah keluar asap tebal. Kondisi lalu lintas di depan rumah Anas sempat macet, petugas keamanan warga mengalihkan arus lalu lintas supaya tidak melintas di depan rumah Anas.
22.30 WIB Wakil Sekretaris Jendral Demokrat Saan Mustopa datang bersama Ketua Komisi Hukum dari Fraksi Demokrat I Gede Pasek. Saan hanya mengatakan bahwa dia menghargai proses hukum yang tengah berlangsung. "Ini akan membangun momentum yang baik Indonesia ke depan," kata dia.
23.00 WIB Beberapa petugas keamanan lingkungan berteriak meminta wartawan pulang. Memegang pentungan, dia menyuruh wartawan memindahkan kendaraannya. Lama tidak digubris, dia mengunci portal dengan gembok.
00.00 WIB Kondisi sekitar rumah Anas berangsur sepi. Puluhan warga yang sebelumnya berkumpul, satu persatu beranjak pergi. Tapi, wartawan masih menunggui. Hujan yang mulai turun tak membuat wartawan cetak maupun elektronik beranjak.
00.30 WIB Akbar Tanjung datang. Sebagai senior Anas di Himpunan Mahasiswa Islam, dia memberikan dukungan pada Anas. Menurut dia, karir politik Anas masih bisa hidup. Dia mengutip kalimat Winston Churcill, "Dalam kehidupan, Anda dibunuh sekali, mati. Tapi dalam politik, dibunuh beberapa kali anda bisa bangkit kembali."
00.40 WIB Belasan orang berpostur Indonesia Timur terlihat hilir mudik di sekitar rumah Anas.
00.50 WIB Kader Demokrat Mirwan Amir keluar dari rumah Anas. Dia enggan berkomentar banyak. "Lihat nanti saja di konferensi pers Anas."
MUHAMAD RIZKI