TEMPO.CO, Jakarta - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai perekonomian Indonesia sebenarnya sangat menjanjikan, baik bagi investor domestik maupun asing. Namun, organisasi itu masih melihat ada beberapa catatan yang perlu dibenahi.
Wakil Ketua Umum Bidang Organisasi Kadin Indonesia, Anindya Novian Bakrie, mengatakan, cerahnya kondisi perekonomian Indonesia dapat dilihat dari besarnya investasi yang masuk, tingkat konsumsi masyarakat yang berkembang, dan dunia usaha yang bergairah.
"Tapi masih ada beberapa kelemahan struktur ekonomi Indonesia yang perlu dibenahi," kata Anindya di Menara Kadin Jakarta, Rabu, 6 Maret 2013.
Di antara hal-hal yang perlu dibenahi tersebut adalah defisit neraca perdagangan. Besarnya impor minyak, menurut dia, sangat memberatkan neraca perdagangan. Apalagi nilai ekspor nonmigas juga turun.
Anindya juga menyoroti subsidi bahan bakar minyak (BBM) kepada masyarakat yang sebenarnya malah tidak tepat sasaran. Saat ini, subsidi anggaran BBM malah dinikmati oleh orang kaya. "Defisit dan tekanan impor minyak yang tinggi itu sampai menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah," ujarnya.
Selain itu, Anindya mengkritik politik anggaran pemerintah secara umum. "Penerimaan anggaran pemerintah terus berkembang, tapi tidak efisien dari sisi pengeluarannya," kata Anindya.
Anggaran terkuras untuk subsidi energi, belanja pegawai dan belanja barang, serta desentralisasi keuangan yang belum efektif, membuat alur fiskal lemah. "Pengeluaran untuk kebutuhan infrastruktur tidak maksimal," ujarnya.
PINGIT ARIA
Terpopuler:
Ruhut Sitompul Goda Ibunda Raffi Ahmad
Fakta-fakta Menarik Jelang MU Vs Real Madrid
Pegawai Kemenag Dicurigai Gelapkan Dana Haji
Polisi Gamang Usut Golden Traders
Menolong Neneng, 2 WN Malaysia Divonis 7 Tahun
Akil Mochtar Ingin Jadi Ketua MK