TEMPO.CO, Yogyakarta - Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X membatasi penambahan jumlah asrama mahasiswa di DIY. Asrama tersebut merupakan asrama yang menampung mahasiswa dari luar DIY.
"Saya khawatir banyaknya asrama mahasiswa justru membawa DIY alami kemunduran 40 tahun lalu," kata Sultan dalam pertemuan bertema "Sinergitas Penanganan Konflik Sosial" di gedung serbaguna di Kabupaten Sleman, Rabu, 27 Maret 2013.
Sultan menjelaskan, asrama mahasiswa muncul ketika ada kebijakan otonomi daerah. Banyak daerah membangun asrama mahasiswa di DIY untuk menjadi tempat tinggal mahasiswa dan pelajarnya yang kuliah di sana.
Persoalan muncul karena mahasiswa luar daerah itu tidak membaur dengan masyarakat di sana. Mereka memilih membaur dengan warga satu etnis di asrama. "Tak ada lagi dialog budaya karena tak ada pembauran. Itu potensi konflik sosial," kata Sultan.
Menurut Sultan, 40 tahun lalu, kebhinnekatunggalikaan di DIY cukup kental. Lantaran antara pendatang dan warga DIY saling membaur. "Sekarang kalau ada yang minta bangun asrama di sini, saya bilang izinnya dipersulit," kata Sultan.
Dia menambahkan, tak bisa dibayangkan jika 550 etnis di Indonesia membangun asrama di DIY. "Mahasiswa pendatang bisa berbahasa Jawa karena mereka belajar. Tapi jangan jadi orang Jawa. Jangan sampai kamu dan kita ikut aku," kata Sultan.
PITO AGUSTIN RUDIANA
Topik Terhangat: Kudeta || Serangan Penjara Sleman || Harta Djoko Susilo || Nasib Anas
Berita Lainnya:
Firasat Buruk Pemindahan Tahanan Lapas Sleman
Penyerangan LP Sleman Terencana, Ini Indikasinya
BIN: Senjata Penyerang LP Sleman Bukan Standar TNI
Siapa Tak Trauma Lihat Serangan Penjara Sleman