TEMPO.CO, Yogyakarta - Sebanyak 20 orang sesepuh Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Nusa Tenggara Timur meminta aparat memberi jaminan keamanan. Buntut dari kasus penembakan empat warga NTT di Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, pada Sabtu lalu, kini mereka dihantui rasa waswas.
"Kasus itu menimbulkan efek domino dan ketakutan sehingga mahasiswa NTT banyak yang sembunyi," ujar salah seorang sesepuh, Daniel Dama Ledo, seusai bertemu dengan Komandan Korem 072 Pamungkas, Brigadir Jenderal Adi Widjaya, Rabu, 27 Maret 2013.
Menurut dia, sebanyak 5.000 mahasiswa NTT, khususnya dari Kupang, eksodus dari Yogyakarta ke sejumlah daerah karena ketakutan. Rasa waswas itu semakin menghantui menyusul beredarnya pesan pendek tentang sweeping oleh kelompok tak dikenal dan bersenjata ke pusat pemondokan mahasiswa asal NTT. “Mereka mengungsi ke kerabat yang ada di Malang, Solo, dan Surabaya karena resah,” ujarnya.
Tuntutan jaminan keamanan juga disampaikan mahasiswa asal NTT yang tergabung dalam Forum Keluarga Mahasiswa NTT Bersatu Yogyakarta. "Sejak kasus pembunuhan Kopassus di Hugo's Cafe terjadi, sampai sekarang kami tidak aman," kata mahasiswa STPD APMD itu seusai bertemu tim Komnas HAM, Rabu, 27 Maret 2013. Yon Lopo mengatakan, jaminan keamanan semestinya tertulis sehingga membuat mereka lega.
Yon mengatakan, banyak mahasiswa NTT di DIY merasa terancam keselamatannya karena SMS tentang adanya serangan kepada mereka. Salah satu isu dari SMS berisi bahwa 200 anggota Kopassus menyebar di Yogyakarta untuk melakukan sweeping terhadap mahasiswa NTT.
Baca Juga:
Adapun Wakil Ketua DPRD DIY Janu Ismadi menilai, jaminan keamanan secara tertulis yang diminta warga asal NTT berlebihan. “Jaminan itu akan disalahtafsirkan untuk kebal hukum, jadi kami nilai terlalu berlebihan kalau harus tertulis,” kata Janu.
SHINTA MAHARANI | PRIBADI WICAKSONO | ADDI M IDHOM
Berita Terpopuler:
Begini Tahanan LP Sleman Dipilah Penembak
Tahanan Cebongan Sleman Dipaksa Tepuk Tangan
Penyerangan LP Sleman, 'Hidup Kopassus'