TEMPO.CO, Jakarta - Selain mengurangi porsi makan dan mengontrol jenis makanan yang diasup, mengatur jam tidur malam ternyata penting untuk menjaga berat badan. Menurut pengajar Ilmu Gizi Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jakarta, Firlia Ayu Arini, kurang tidur bisa meningkatkan risiko kegemukan atau obesitas.
"Tidur malam mesti cukup, apalagi bagi yang sedang berdiet. Kalau tidur malamnya kurang dari enam jam, risiko obesitas bisa meningkat," kata Firlia saat ditemui beberapa waktu lalu.
Firlia menjelaskan, tidur malam mempengaruhi proses metabolisme seseorang. Ketika jumlah jam tidur malam yang idealnya 6-8 jam tidak terpenuhi, metabolisme tubuh pun otomatis terganggu. Efeknya, jumlah kalori yang terbakar bakal tidak maksimal.
Tak hanya itu. Terjaga pada malam hari juga memicu munculnya rasa lapar. "Padahal lapar saat begadang malam hari itu semu. Kita sering merasa lapar saat sulit tidur malam, padahal sebenarnya hanya haus," ujar Firlia.
Selain dengan tidur malam yang cukup, proses metabolisme juga bisa dipercepat dengan aktivitas fisik seperti olahraga, minimal tiga kali 30 menit dalam seminggu. Kata Firlia, olahraga rutin bisa memicu produksi lemak baik atau HDL yang berfungsi membersihkan hati dari kolesterol.
Agar pembakaran kalorinya maksimal, Firlia juga menyarankan agar aktivitas olahraga tidak diakhiri dengan makan. "Makan tak masalah, asal dilakukan sebelum olahraga. Kalau makannya setelah olahraga, itu sama saja menimbun lemak dan membuat pembakaran kalori tak maksimal," ujarnya.
ISMA SAVITRI
Berita Lain:
Kecanduan iPad, Bocah Ini Jalani Detoks Digital
Facebook Home Sudah Diunduh 500 Ribu Kali
Google Street View Didenda Jerman Rp 1,8 Miliar