TEMPO.CO, Beijing - Volume perdagangan luar negeri Cina dikabarkan menurun sepanjang kuartal II 2013. Anjloknya perdagangan luar negeri mengancam pertumbuhan ekonomi Cina dan negara-negara lain di kawasan Asia.
Data bea cukai Cina menyebutkan ekspor turun 3,1 persen menjadi tanda perdagangan luar negeri Cina menghadapi tantangan berat. Sedangkan angka impor turun 0,7 persen, di bawah prediksi sebelumnya. "Ini menunjukkan momentum pertumbuhan melemah hingga di bawah perkiraan," kata ekonom Societe General Hong Kong, Wei Yao, seperti dikutip dari Associated Press, Rabu 10 Juli 2013.
Pertumbuhan ekonomi Cina diperkirakan terus merosot hingga akhir tahun mendatang. Perlambatan ini disebabkan melemahnya kinerja industri manufaktur dan turunnya permintaah ekspor produk Cina. Di sisi lain, perekonomian Cina terimbas kebijakan bank sentral yang menekan tingkat kredit.
Presiden Cina Xi Jinping menargetkan pertumbuhan mandiri yang mengandalkan konsumsi domestik, mengurangi ketergantungan pada perdagangan dan investasi. Namun beberapa analis mengatakan kemerosotan ini justru sebaiknya diatasi dengan meningkatkan pinjaman atau belanja pemerintah untuk merangsang pertumbuhan.
Anjloknya pertumbuhan ekonomi Cina bisa membahayakan negara-negara mitra dagang seperti Australia, Brasil serta negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Permintaan Cina untuk biji besi, tembaga dan komoditas tambang lain yang melemah bakal mendorong turunnya harga komoditas secara global.
Pemerintah Cina menargetkan angka pertumbuhan ekonomi 7,5 persen pada 2013. Angka ini turun dibandingkan 2007 yang mencapai 14,2 persen. Beberapa analis telah mengindikasikan kemerosotan pertumbuhan di bawah 7 persen masih berlanjut hingga beberapa bulan mendatang.
LINDA HAIRANI
Bisnis Terpopuler
Dahlan Iskan: Ada Dirut BUMN Dipecat Karena Istri
Kenaikan Harga Emas Hanya Sesaat
BI Rate Naik, Rupiah Membaik
Dahlan Usul Bea Cukai Juga Buka di Akhir Pekan
Dahlan Iskan Blusukan ke Kantor Tempo