TEMPO.CO, Quennsland – Sekelompok ilmuwan dari Australian Institute of Marine Science berhasil melacak perjalanan hiu paus dengan menggunakan bantuan Google Maps. Sejauh ini, perjalanan hiu paus menjadi begitu misteri. Tidak ada yang dapat melacaknya. Hal itu merupakan salah satu bentuk pertahanan diri mereka untuk menghindari kepunahan.
“Peneliti telah memasang sejumlah satelit di tubuh hiu paus untuk melacak rute migrasi mereka, yang dimulai dari barat laut Australia menuju Asia,” tulis Daily Mail, Senin, 29 Juli 2013. Satelit ini akan membantu peneliti untuk memantau perjalanan hewan berbobot 30 ton ini sejauh ratusan kilometer dalam waktu beberapa minggu.
Sebelumnya, hiu paus dipasangi alat pelacak yang akan terhubung dengan satelit. Pelacak yang terhubung dengan aplikasi Google Map ini akan memberikan pencitraan gambar rute perjalanan hiu paus, bahkan ketika hewan ini berada di kedalaman hingga 1.000 meter.
“Pelacak kami tombakkan ke dalam kulit hiu paus yang tebal, hingga tertancap dalam ketebalan sekitar 10 sentimeter,” ujar Peter Verhoog, seorang fotografer bawah laut dari Belanda. Ia diminta untuk membantu Dr Mark Meekan dari Australian Institute of Marine Science untuk melakukan proyek ini.
Setelah pelacak tertanam di kulit hiu paus, peneliti tinggal mengikuti perjalanannya dengan bantuan satelit dan Google Maps.
“Google Maps menunjukkan bahwa hewan-hewan ini melakukan migrasi multi-tahunan dengan jarak yang sangat jauh,” tutur Verhoog lagi. “Perjalanan ini mencakup lebih dari 480 kilometer selama beberapa minggu.”
Hiu paus mungkin terlihat sebagai hewan predator karena bobotnya yang begitu besar, tapi mereka adalah raksasa yang lembut. Mereka lebih memilih untuk memakan plankton atau makhluk laut kecil lainnya daripada harus berburu seperti predator pada umumnya.
Lewat penelitian ini, para penelti ingin menunjukkan keindahan makhluk besar ini. Mereka berharap, manusia bisa lebih menghargai hiu paus sebelum mereka terancam hilang selamanya. Hiu paus marak diburu, terutama di kawasan Asia Tenggara. Memang, bukan daging yang diincar, melainkan siripnya yang terkenal sebagai hidangan lezat.
DAILY MAIL | ANINGTIAS JATMIKA
Topik terhangat:
Anggita Sari | Bisnis Yusuf Mansur | Kursi Panas Kapolri
Baca juga:
Jokowi Blusukan: `Pemerintah Kebobolan`
Dipaksa Minta Maaf, Ahok Telpon Haji Lulung
Dahlan Iskan Bakal Calon Presiden dari Demokrat