TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah mengharapkan tenaga kerja konstruksi meningkat 60 persen atau 3 juta orang pada 2015. "Dengan adanya penambahan tersebut diharapkan konstruksi Indonesia mampu bersaing di kancah ASEAN," ujar Kepala Badan Pembinaan Konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum, Hediyanto W. Husaini, Selasa, 8 Oktober 2013.
Hediyanto menuturkan, saat ini jumlah tenaga konstruksi diperkirakan sekitar 6 juta orang. Jumlah tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2006, jumlah tenaga konstruksi tercatat sekitar 4,7 juta orang. Empat tahun kemudian, jumlahnya berkembang menjadi 5,7 juta orang.
Namun, ia mengakui, tidak semua dari jumlah tersebut merupakan pekerja kategori terampil. "Pada tahun 2011 hanya sekitar 30 persen yang terampil," kata Hediyanto. Untuk itu, guna menghadapi persaingan di bidang konstruksi tingkat ASEAN tahun 2015, pemerintah perlu menyiapkan sumber daya manusia yang mumpuni. "Misalnya dengan pembinaan kompetensi dan pelatihan konstruksi secara terus-menerus yang dilanjutkan dengan sertifikasi, penghargaan, dan perlindungan," ujar Hediyanto.
Adapun upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yakni dengan menyelenggarakan pelatihan berbagai macam model. Selanjutnya menjalin kerja sama pelatihan dengan berbagai pihak seperti pemerintah daerah, asosiasi profesi, termasuk dari perguruan tinggi. Kemudian, mendorong tumbuhnya lembaga pelatihan di daerah untuk penyelenggraan pelatihan dan uji kompetensi. Terakhir, dengan penyetaraan kompetensi regional melalui registrasi dan partisipasi tenaga konstruksi pada Mutual Recognition Arragement (MRA) on Services and Architectural Services.
ERWAN HERMAWAN
Berita Terpopuler
Ini Aliran Transaksi Mencurigakan Akil Mochtar
Meski Dicekal, Atut Gelar Acara Persiapan Berhaji
Ibu Vicky Prasetyo Diperiksa Polisi
APBD Bocor Dinsinyalir Jadi Aset Keluarga Atut