TEMPO.CO, Jakarta - Produksi susu di Indonesia mengalami penurunan hingga hanya mampu memasok 20 persen dari total permintaan pasar domestik. Oleh karena tu, 80 persen produk susu di pasaran harus diimpor dari Selandia Baru dan Australia.
Hal ini diungkapkan dalam seminar National Dairy Workshop tentang produktivitas susu sapi nasional melalui pakan ternak di auditorium Arion Swiss Bell Hotel, Kemang, Jakarta Selatan, beberapa hari lalu.
Menurut Dr. Ir. Idat Galih Permana. M.Sc Agr. dari Fakultas Peternakan IPB Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, produksi susu sapi segar di Indonesia rata-rata hanya 12-13 liter per ekor per hari. Sementara itu, produski susu sapi segar di Australia sekitar 25 per liter per hari per sapi.
“Hanya 20% kebutuhan susu segar dipasok peternak sapi di Indonesia, sedangkan 80% merupakan susu impor,” kata dosen Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor ini.
Menurut dia, penurunan itu terkait dengan persoalan pemberian pakan ternak yang tidak berkualitas. Padahal, produktivitas susu ditentukan oleh kualitas dan ketersediaan pakan. Perusahaan susu telah memperhatikan kecenderungan yang sedang terjadi dan berusaha mencari cara untuk meningkatkan pasokan susu. Lebih dari 94% susu di Indonesia dihasilkan oleh para peternak kecil, sehingga untuk meningkatkan pasokan susu bukanlah hal yang mudah.
SNV dan IPB telah membuat proyek percontohan terhadap peternak sapi di Jawa Barat (Lembang dan Pengalengan, Bandung) dan Jawa Timur (Malang dan Pasuruan) yang merupakan daerah penghasil susu terbesar di Indonesia.
Phil Harman, Country Director SNV Indonesia, mengatakan bahwa program ini diselenggarakan untuk meningkatkan pendapatan peternak dan meningkatkan gizi serta ketahanan pangan. Menurut Phil, organisasi pembangunan internasional nonprofit ini didirikan di Belanda pada 50 tahun lalu dan telah bekerja sama dengan 38 negara berkembang di Asia, Afrika dan Amerika Latin.
“SNV melakukan pendekatan inklusif bisnis, mendukung inisiatif perusahaan dalam melatih peternak untuk meningkatkan kualitas dan produksi susu. Kami juga bekerja sama dengan peternak untuk memberi akses pasar bagi produsen susu”, ungkap Phil.
Menurut Sutresniwati, penasehat peternakan SNV Indonesia, hasil uji coba menjanjikan untuk peningkatan pakan ternak, pengenalan mesin pemotong serta mesin pemerah susu, dan pasokan air.(Baca : Dollar Naik, Pabrik Berebut Susu Peternak)
“Peningkatan pakan ternak dengan teknik silase tidak hanya meningkatkan produksi susu sekitar 1 liter untuk satu sapi, tetapi juga meningkatkan kualitas susu terutama pada kadar lemak tertentu” tuturnya.
Idat mengharap keterlibatan peternak dalam program."Program ini baru jalan selama 6 bulan," kata Idat tentang pilot project dengan teknik silase yang diadopsi dari Eropa. Teknik silase adalah pengolahan pakan hijau atau ransum komplet secara fermentasi.
Sejumlah peternak, termasuk yang berasal dari Pangalengan, Jawa Barat, ikut memberikan testimoni tentang dampak positif proyek percontohan ini. "Melalui teknik silase ini produktivitas susu meningkat dan juga menghemat waktu karena tidak perlu waktu terlalu lama bagi kami untuk mengumpulkan rumput ", kata Dede, peternak Pengalengan.
EVIETA FADJAR
Berita Terpopuler
Jonas Minta Maaf, FPI Tetap Ingin Dia ke Penjara
Pemerintah Waspadai 'Cyber Crime'
Wali Kota Kupang Ngotot Beli Toyota Fortuner
Pengguna Teknologi Diajak Peduli Cyber Crime