TEMPO.CO, New York - Orang-orang yang tidak memiliki cukup variasi populasi bakteri di sistem pencernaannya punya resiko lebih tinggi terkena kanker usus. Penelitian menunjukkan orang yang didiagnosa menderita kanker usus ternyata memiliki bakteri buruk lebih banyak ketimbang yang bermanfaat.
"Untuk pertama kalinya, kami menemukan bahwa pasien dengan kanker usus besar dan dubur memiliki bakteri usus yang berbeda dibandingkan dengan mereka yang sehat," kata Jiyoung Ahn, asisten profesor epidemiologi di NYU School of Medicine, New York. Hasil penelitian Ahn ini dipublikasikan dalam Journal of the National Cancer Institute edisi 6 Desember.
Ahn mengatakan, penelitiannya masih dalam tahap awal, namun membuka petunjuk adanya kemungkinan pengaruh mikroba di lambung terhadap perkembangan kanker. Kanker usus besar dan dubur adalah penyebab kedua kematian terbanyak akibat kanker di Amerika Serikat. Badan Kanker Amerika menyebutkan setiap tahun sekitar 50 ribu orang Amerika meninggal akibat kanker ini.
Usus manusia mengandung triliunan bakteri yang berperan dalam pencernaan, peradangan dan membentuk kekebalan tubuh. Para peneliti menemukan perbedaan komposisi bakteri usus mungkin berpengaruh pada kesehatan dan perkembangan kanker usus besar.
Para peneliti mengambil sampel feses dari 47 penderita kanker usus besar dan 94 orang sehat. Saat dibandingkan, sampel feses penderita kanker usus besar memiliki keragaman bakteri usus lebih sedikit. "Jumlah keragaman bakteri usus yang sedikit menandakan ketidakseimbangan populasi bakteri usus," kata Ahn.
Pada penderita kanker, jumlah bakteri Fusobacterium cenderung lebih tinggi. Ini adalah bakteri yang menyebabkan peradangan di usus dan memicu pertumbuhan kanker. Penderita kekurangan bakteri Clostridia yang berfungsi memecah serat dan karbohidrat. Bakteri inilah yang bisa menghambat perkembangan kanker usus besar.
Ahn mengatakan, perubahan pola makan seperti diet buah, sayuran dan kacang yang merupakan sumber serat serta obesitas diduga berpengaruh pada keragaman bakteri usus. Volker Mai, asisten profesor epidemiologi di Universitas of Florida di Gainsville, mengatakan diet, obesitas, aktivitas fisik mempengaruhi komposisi bakteri. "Sulit untuk menentukan apakah itu penyebab atau efek kanker usus besar," katanya.
LIVESCIENCE | GABRIEL TITIYOGA
Baca juga:
Prelude, Kapal Terbesar di Dunia
Jenis Burung Liar di Yogyakarta Bertambah
Samsung Luncurkan Kerabat Galaxy S4
Google: Kami Menang Melawan Phishing dan Spam