TEMPO.CO, Washington – Puluhan negara bagian di Amerika tengah berjuang menghadapi fenomena cuaca dingin yang disebut polar vortex atau babi kutub sejak Minggu kemarin, 5 Januari 2014.
Fenomena ini telah menewaskan setidaknya 21 orang. Sebagian besar di antara mereka meninggal lantaran tak kuasa menahan dinginnya udara yang mencapai belasan hingga puluhan derajat di bawah nol.
Babi kutub, menurut ahli cuaca senior CNN Brandon Miller, merupakan siklus angin yang begitu kuat. Angin ini biasanya berembus di atas langit Kutub Utara. Angin ini akan membuat udara dingin terkunci di daerah Kutub Utara.
Namun, pada satu waktu, angin ini bisa terdistorsi dan bergerak lebih ke arah selatan. Seperti yang terjadi saat ini, babi kutub bergerak ke arah Amerika dan beberapa negara yang berada di selatan dari Kutub Utara. Fenomena ini dapat terjadi di setiap bagian di belahan bumi utara, seperti Amerika, Eropa, dan juga Asia.
Sebenarnya, hal ini bisa terjadi beberapa kali dalam setahun, tapi tidak dengan suhu yang sedingin saat ini. Pada Maret lalu, misalnya, penurunan suhu yang signifikan juga terjadi di sebagian besar Eropa, yang membuat Britania Raya mengalami masa terdinginnya dalam 50 tahun terakhir.
ANINGTIAS JATMIKA | CNN
Berita Terpopuler:
Satu Lagi, Penampilan Saltum Agnes Monica
Abraham Samad Marah Anas Mangkir Diperiksa KPK
Uang Suap Rudi Mengalir ke Sutan Bhatoegana
Anas Sudah di Area Gedung KPK, Kenapa Tak Masuk?
Soal Pacar Cut Tari, Farhat Abbas Yakin Benar