TEMPO.CO, Pekanbaru - Juru bicara WWF Riau Syamsidar menuturkan, dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, lebih dari seratus gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Riau mati. Penyebab kematian gajah menurut temuan WWF adalah racun. "Gajah dianggap hama, sehingga sebagian masyarakat yang mendiami kawasan hutan melakukan tindakan sendiri, dengan menaruh racun," kata dia.
Penelusuran WWF, dua jenis cairan racun yang kerap digunakan pihak yang tidak bertanggung jawab untuk membunuh gajah yakni potasium sianida dan zinc phosphide.
Berbagai modus dilakukan masyarakat untuk membunuh gajah, di antaranya memasukkan racun ke dalam buah cempedak atau nanas yang digantung di atas pohon, atau melumurkan cairan racun ke bagian pohon sawit yang sangat disukai gajah. Bahkan, menggunakan sabun batangan yang sudah dikepal seperti bola lalu dicampur dedak yang sudah dilumuri racun.
Ketua Komisi Kesejahteraan Hewan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Wisnu Wardana mengatakan dua jenis racun yang kerap digunakan warga memiliki reaksi cepat dalam menghilangkan nyawa gajah. "Makanan ini kemudian dimakan gajah yang melintas di kawasan tersebut, lalu akhirnya mati," jelas Syamsidar.
Syamsidar menyayangkan kurangnya pengawasan dari pihak berwenang untuk memantau keberadaan jenis racun ini sehingga begitu mudah didapatkan di pasaran.
Wisnu Wardana menyebutkan dua jenis racun yang sering ditemukan membunuh gajah itu merupakan zat keras yang mematikan.
Menurut Wisnu, cairan potasium sianida bereaksi mengikat oksigen sehingga dapat menyulitkan hewan berdarah panas, seperti gajah, dalam bernapas.
Sedangkan zinc phosphide dapat mengakibatkan pendarahan hebat pada organ tubuh gajah yang bisa membuat jantung dan ginjal satwa itu pecah. "Dalam jangka waktu dua jam, seketika gajah langsung mati," kata Wisnu.
Meski demikian, kasus kematian gajah yang beruntun ini belum satu pun yang diproses hukum, walaupun di antaranya sudah terdapat bukti kuat untuk proses penyelidikan. Lemahnya penegakan hukum terhadap kematian gajah menjadi salah satu penyebab maraknya pembunuhan satwa itu karena tidak ada hukuman yang diberikan kepada pelaku kejahatan satwa yang dilindungi. "Semua kasus menguap tanpa kejelasan," ujar Syamsidar.
RIYAN NOFITRA
Baca juga:
Dokter Hewan Sebut Evakuasi Gajah Riau Salah
Tiap Tahun Sekitar 20 Ribu Ekor Gajah Diburu
Diinjak Induknya, Bayi Gajah Menangis 5 Jam
Gajah Sumatera Mati di Taman Nasional Teso Nilo