TEMPO.CO, Jakarta -Salah seorang pendiri yang juga mantan Chief Executive Officer peramban Opera, Jon S. von Tetzchner, mendirikan media sosial yang diberi nama Vivaldi. Tim yang menjalankannya bermarkas di negara asal Tetzchner, Islandia.
Latar belakang Vivaldi diawali oleh ketidakpuasan yang dirasakan Tetzchner saat masih bekerja untuk Opera. Dia tidak nyaman dengan keputusan yang dilakukan perusahaan dalam mengembangkan peranti lunak Opera. Pada 2011 dia akhirnya memutuskan meninggalkan Opera. Bersama 19 orang mantan karyawan Opera, Tetzchner membangun Vivaldi.
Dia mengatakan alasan dibuatnya Vivaldi yaitu untuk menggantikan komunitas My Opera yang akan ditutup 1 Maret mendatang. “Grup kami terdiri dari orang-orang yang telah membangun Opera,” ujar Tetzchner yang dilansir CNET, Senin 3 Februari 2014.
Demi membangun Vivaldi, Tetzchner rela menginvetasikan dana pribadinya. Ia berharap, Vivaldi dapat memfasilitasi komunitas My Opera yang jumlahnya mencapai 10 juta pengguna. Dia berambisi membangun Vivaldi dengan skala sebesar My Opera. “Anda bisa mencapai angka tersebut jika menyediakan layanan yang baik,” kata dia.
Vivaldi adalah media sosial yang terdiri dari blog, fasilitas mengunggah foto, chatting, berkirim surat elektronik, serta forum diskusi. Sebulan diluncurkan, Tetzchner mengklaim jumlah pengguna Vivaldi sudah mencapai ribuan. “Pertumbuhan penggunanya cukup baik,” ucapnya.
Meski diciptakan untuk menggantikan My Opera, Tetzchner menyatakan format Vivaldi sangat berbeda dibandingkan dengan situs komunitas tersebut. Banyaknya pilihan fitur, menjadikan Vivaldi serupa dengan media sosial yang lebih dulu populer seperti Facebook, Twitter, Flickr, dan Google+.
Tetzchner menjanjikan bentuk media sosial yang lebih matang dibandingkan pendahulunya. Vivaldi juga diklaim sebagai media sosial dengan sistem keamanan tingkat tinggi. Mereka menggunakan teknologi enkripsi dan tidak sembarangan menampilkan iklan di akun penggunanya.
Selain memfasilitasi anggota My Opera, Tetzchner mengatakan target pengguna Vivaldi adalah penggila komputer (computer geek) dan institusi pemerintah. “Dengan ketatnya sistem keamanan yang kami buat, Vivaldi menunjang aktivitas lembaga pemerintah,” ujarnya.
Meski memiliki keamanan tingkat tinggi, menurut Tetzchner bukan berarti pengguna Vivaldi luput dari mata-mata. Dia mengatakan timnya berusaha untuk melakukan pengawasan dengan sangat detail. “Kami tidak menjamin Vivaldi bebas dari incaran NSA (National Security Agency),” katanya.
CNET | REUTERS | SATWIKA MOVEMENTI
Terpopuler :
Menpera Sebut Proyek 1.000 Tower Gagal karena Foke
Merpati Tak Terbang Sampai 5 Februari 2014
Pengakuan Menteri Suswono Soal Beras Impor
Hari Ini, Harga Emas Antam Anjlok Rp 7.000
Stop Terbang, Merpati Tetap Jalankan KSO