TEMPO.CO, Jakarta - Selain arah pergerakan dolar yang masih melemah, agenda lelang surat utang negara (SUN) yang digelar hari ini, 5 Februari 2014, diprediksi akan membuat nilai tukar rupiah kembali melanjutkan penguatan. Imbal hasil yang cukup tinggi menjadi alasan masih banyaknya permintaan lelang yang diajukan investor asing.
Analis PT Indonesian Bond and Pricing Agency (IBPA), Fakhrul Aufa, meyakini sentimen positif lelang SUN akan kembali mendorong laju penguatan rupiah. Pasalnya, di tengah surplus neraca perdagangan Desember, rencana lelang tersebut diperkirakan semakin menambah ketersediaan likuiditas dolar. “Potensi tambahan capital inflow (arus modal masuk) tersebut tentu akan menguatkan rupiah,” tutur dia ketika dihubungi Selasa malam, 4 Februari 2014. (Baca juga: Kurs Regional Naik, Merespons Data Negatif AS)
Fakhrul berpendapat, hingga saat ini, imbal hasil obligasi pemerintah masih sangat menarik dibandingkan imbal hasil obligasi negara berkembang yang lain. Dengan yield sebesar 9-9,5 persen, menurut dia, SUN pemerintah bertenor 10 tahun menjadi alternatif investasi yang sangat menjanjikan. “Dengan rating dan tenor yang sama, yield SUN kita masih lebih baik dari Filipina yang hanya sebesar 4,4-4,6 persen,” Fakhrul menegaskan. (Lihat juga: Rupiah Diprediksi Tembus Rp 11.400 Usai Pemilu)
Meski begitu, dirinya tetap mengingatkan penguatan rupiah saat ini kemungkinan hanya bersifat sementara. Masih tingginya kebutuhan minyak membuat neraca perdagangan tetap potensial mengalami defisit. Hari ini rupiah ada kemungkinan bergerak dalam rentang level Rp 12.150-12.250 per dolar Amerika Serikat.
Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, Selasa, 5 Februari, kurs rupiah terhadap dolar AS menguat menjadi Rp 12.172 per dolar AS dibandingkan perdagangan Selasa sebesar Rp 12.248 per dolar AS.
MEGEL JEKSON (PDAT)
Terpopuler :
Gita Wirjawan: Beras Vietnam Dipolitisasi
Gita Wirjawan Nyapres, Australia Terancam?
Nadella Datang, Bill Gates Pun Hengkang
Satya Nadella, CEO Baru Microsoft