TEMPO.CO , Jakarta - Ekonom dari Universitas Indonesia Lana Soelistianingsih mengatakan pengumuman pencalonan presiden 2014 menjadi momentum penting masuknya dana asing ke pasar Indonesia. "Setiap tahun pemilu, indeks harga saham gabungan (IHSG) naik," ujarnya Sabtu, 22 Februari 2014.
Ia menjelaskan, pada pemilu 1999, saat pemilihan presiden diselenggarakan di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), indeks menguat 70 persen. Kemudian pada pemilu 2014, dengan pemilihan presiden secara langsung dan Presiden Susilo Bambang Yudhyono menjadi tokoh baru, indeks naik 40 persen. (Baca juga : Pemilu Sukses, Pertumbuhan Ekonomi Melejit)
Lana menuturkan, ketika Presiden SBY mengikuti pemilu untuk kepemimpinannya di periode kedua, indeks naik 87 persen. "Kalau calonnya itu disukai, ada optimisme yang signifikan," ucapnya.
Ia mengungkapkan, ada harapan membaiknya ekonomi global mampu menjadi pendorong ekspor Indonesia. Menurut Lana, efek pengeluaran dalam kampanye pemilu berpotensi membuat ekonomi Indonesia relatif tertahan dari perlambatan tajam. (Lihat juga : Jokowi Capres Idaman Investor Asing?)
Lana mengatakan risiko eksternal muncul terutama dari Amerika Serikat, yang bisa membawa dana asing keluar dari emerging markets termasuk Indonesia. Meski begitu, ia menyebut ada perbaikan fundamental ekonomi Indonesia yang berlanjut pada 2014, dengan berkurangnya defisit transaksi berjalan yang bisa kembali di bawah 3 persen dari produk domestik bruto (PDB). (Berita terkait : RI tak lagi Masuk Fragile Five, Apa Sebabnya?)
"Sektor-sektor domestik dan berbasis demografi masih menjadi sumber pendorong ekonomi utama Indonesia," kata Lana.
MARIA YUNIAR
Terpopuler :
Beli WhatsApp Rp 223,6 T, Berapa Kekayaan Zuckerberg?
Mengapa Path Batasi Pertemanan Penguna 150 Orang?
Path Pertimbangkan Hadir di Windows Phone
Jumlah Saham Bakrie di Path Tidak Sampai 1 Persen