TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan negara-negara berkembang harus mengantisipasi kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) menaikkan suku bunganya (Fed Rate). Perbaikan ekonomi AS, yang diprediksi akan tumbuh 3,6 persen, dan perkembangan tingkat pengangguran di AS menjadi salah satu indikator bahwa penerapan kebijakan itu akan dipercepat yakni pada tahun depan.
Meskipun pertumbuhan ekonomi Negeri Abang Sam tidak setinggi perkiraan awal, yaitu 3,7 persen, menurut Chatib, sejumlah pihak memperkirakan AS masih bisa mencapai targetnya. Terutama jika tingkat pengangguran di sana bisa turun.
“Terkait kebijakan moneter, kalau penganggurannya 6,5 persen, tahun depan akan dilakukan kenaikan interest rate,” kata Chatib di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu, 16 April 2014.
Chatib menjelaskan, antisipasi dari negara-negara berkembang itu menjadi salah satu pembahasan dalam pertemuan negara-negara anggota kelompok G-20 di Washington, DC pada pekan lalu. Menurut dia, Gubernur The Fed Janet Yellen memastikan akan melakukan koordinasi perihal kebijakan moneternya. “Dia (Yellen) mengatakan akan melihat perkembangan dalam labour market, kebijakan moneter dengan target penganggurannya tercapai atau tidak.”
Selain itu, dalam pertemuan G-20, Indonesia juga menjadi salah satu negara yang diberi sesi khusus untuk membahas reformasi struktural ekonomi yang saat ini tengah dilakukan. Menurut dia, negara-negara anggota G-20 menilai langkah yang diambil pemerintah Indonesia berhasil. “Tapi policy yang dibuat saat ini short-term, tidak mungkin fiskal dan moneter diketatkan terus. Maka harus diimbangi dengan structural reform.”
ANGGA SUKMA WIJAYA
Berita terpopuler:
Soal Century, Ini Jawaban Sri Mulyani di Pansus
Kisruh Soal Ujian Nasional, Jokowi: Saya Dijebak
Jakarta Raih Peringkat Pertama Kota di Negara Berkembang
Koalisi PDIP-NasDem, Pasar Bereaksi Positif