TEMPO.CO, Washington - Dana Moneter Internasional (IMF) mengingatkan agar para pemimpin Asia mendorong perubahan struktural untuk memastikan kawasan itu tetap memimpin pertumbuhan global. Direktur Pelaksana IMF Christian Lagarde menyatakan Asia juga diingatkan agar menahan volatilitas nilai tukar guna mengantisipasi dampak pengurangan stimulus bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve. (Baca: Menkeu: Pertemuan G-20 Bahas Reformasi Kuota IMF)
Saat menyampaikan proyeksi ekonomi regional untuk kawasan Asia-Pasifik, Lagarde mengatakan tingginya tingkat suku bunga dan serangan volatilitas arus modal masih mempengaruhi perekonomian Asia. “Di samping itu, ketatnya likuiditas global di tengah pemulihan di negara-negara maju juga akan mengancam perekonomian Asia,” katanya seperti dilansir dari media lokal Vietnam, Thanhnien News, Senin, 28 April 2014.
Dia menambahkan, masalah ketatnya likuiditas global merupakan salah satu risiko utama yang dihadapi kawasan Asia tahun ini dan tahun depan. Bahaya lain yang juga perlu diwaspadai adalah perlambatan pertumbuhan Cina yang jauh dari perkiraan. “Begitu pula dengan pengaruh pertumbuhan ekonomi Jepang yang masih melambat. Meningkatnya ketegangan geopolitik yang mengganggu perdagangan juga harus menjadi perhatian para pemimpin Asia,” kata Lagarde.
Asia diyakini mampu menghadapi tantangan ke depan asalkan tetap konsisten dengan program reformasinya. Reformasi sangat penting tidak hanya untuk mempertahankan pertumbuhan di kawasan Asia dalam jangka menengah. “Dalam beberapa kasus untuk menjaga kepercayaan investor dan mengamankan stabilitas keuangan dalam jangka pendek,” ujar Lagarde. (Baca: Bank Dunia Tambah Pendanaan untuk Negara Miskin)
Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia diperkirakan dua kali lebih cepat dibandingkan negara-negara maju. Sedangkan pertumbuhan di negara emerging (negara berkembang dengan pendapatan menengah), termasuk Cina dan India, diperkirakan tiga kali lebih cepat.
Namun IMF mengingatkan penurunan produktivitas dalam beberapa tahun terakhir. “Kawasan ini harus melakukan reformasi lebih lanjut untuk meningkatkan potensi pertumbuhan dan terus mendorong masuknya investasi asing,” ujar Lagarde.
Dia mengingatkan dampak pertumbuhan di Cina dan Jepang yang merupakan dua negara dengan perekonomian terbesar di Asia. IMF memperkirakan ekonomi Cina akan bertumbuh 7,5 persen pada tahun ini dan 7,3 persen pada 2015. Sedangkan ekonomi Jepang diperkirakan bertumbuh 1,4 persen tahun ini dan 1 persen pada tahun depan. “Perlambatan di Cina akan berdampak terhadap negara yang memiliki hubungan perdagangan bilateral, juga akan mempengaruhi kegiatan ekspor-impor."
SETIAWAN A | THANHNIEN NEWS.COM | AP
Terpopuler
Pertama di Dunia, BRI Miliki Satelit Sendiri
Menjelang Pasar Bebas, Koperasi ASEAN Gelar Konsolidasi
BlackBerry Rp 2 Jutaan Sudah Bisa Dipesan
Freeport dan Newmont Belum Boleh Ekspor